Setiap pilihan yang dibuat dalam mencapai tujuan memiliki risiko. Dari keputusan operasional sehari-hari hingga keputusan mendasar yang diambil di ruang rapat, berurusan dengan ketidakpastian dalam pilihan ini adalah bagian dari kehidupan organisasi. Strategi tidak lebih dari komitmen terhadap seperangkat kebijakan atau perilaku yang koheren dan saling memperkuat yang ditujukan untuk mencapai tujuan kompetitif tertentu. Strategi yang baik mendukung keselarasan di antara beragam kelompok dalam suatu organisasi, memperjelas tujuan dan prioritas, dan membantu memfokuskan upaya untuk mencapai tujuan dan prioritas tersebut. Perspektif yang beragam sangat penting dalam pencapaian objektif organisasi yang sukses. Namun demikian, tanpa strategi untuk mengintegrasikan dan menyelaraskan perspektif tersebut di antara prioritas bersama, kekuatan keragaman menjadi tumpul atau, lebih buruk lagi, menjadi risiko signifikan bagi organisasi. Organisasi secara teratur mendefinisikan keseluruhan strategi (ruang lingkup dan posisi organisasi) dan menentukan bagaimana berbagai fungsi akan mendukung strategi tersebut. Aspek strategis organisasi menjadi objek yang harus dikelola, terutama oleh para pimpinan puncak organisasi. Pengelolaan aspek strategis dilakukan secara terstruktur dan sistematis serta terukur berdasarkan parameter target kinerja yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Target kinerja tersebut dikenal dengan tujuan strategis organisasi, yang juga merupakan realisasi langkah demi langkah dalam pencapaian visi dan misi organisasi.
Untuk memastikan terlaksananya upaya dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan strategis, manajemen puncak seharusnya melakukan praktik manajemen risiko yang terintegrasi terhadap semua kegiatan/inisiatif manajemen organisasi, baik secara individu maupun kolektif. Manajemen risiko adalah bagian esensial yang tidak dapat dipisahkan dari perencanaan, implementasi, dan pengambilan keputusan dalam setiap aktivitas organisasi. Tidak ada arahan organisasi yang diambil tanpa melihat potensi risiko dan membandingkannya dengan selera risiko organisasi. Manajemen risiko adalah disiplin bisnis yang mendorong pertimbangan dan tindakan mengenai ketidakpastian dan peluang yang belum dimanfaatkan, yang mempengaruhi strategi dan pelaksanaan strategi organisasi. Manajemen risiko organisasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko, yang dipengaruhi oleh peristiwa atau skenario internal dan eksternal, yang dapat menghambat kemampuan organisasi untuk mencapai strategi dan tujuan strategisnya, dengan tujuan akhir menciptakan dan melindungi nilai pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Manajemen Risiko telah diterapkan di berbagai organisasi di seluruh dunia, baik swasta maupun publik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah mendapatkan manfaat atau setidaknya diharapkan mendapat manfaat dari implementasi tersebut. Di sektor publik atau instansi pemerintah di Indonesia, manajemen risiko sangat jarang diterapkan, walaupun pada tahun 2008, pemerintah telah menetapkan bahwa instansi pemerintah melakukan penilaian risiko sebagai bagian dari sistem pengendalian internal. Perguruan tinggi yang dikategorikan dalam sektor publik, mendapatkan banyak tekanan dari pemangku kepentingan dalam mengelola risiko untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Manajemen risiko organisasi dirasakan belum optimal, dalam membantu universitas mencapai target kinerja. Banyak universitas besar di negara maju telah menerapkan manajemen risiko secara konsisten, namun demikian sangat sedikit universitas di Indonesia yang menerapkan manajemen risiko. Berdasarkan pengetahuan penulis sejauh ini, hanya ada 3 perguruan tinggi di Indonesia yang telah memulai penerapan manajemen risiko, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (UNDIP), dan Universitas Indonesia (UI).
Tugas akhir ini bertujuan untuk meneliti secara umum praktik manajemen risiko organisasi di lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai universitas negeri dan terkemuka di Indonesia.
Penulis mengumpulkan data primer dengan mewawancarai para ahli manajemen risiko dan dosen ITB terpilih, serta menyebarkan kuesioner kepada dosen ITB yang telah ditentukan sebelumnya. Penulis juga menggunakan data sekunder dari standar ISO-31000 dan COSO, artikel, jurnal, buku ilmiah yang berkaitan dengan disiplin manajemen risiko, dan melakukan pembandingan penerapan manajemen risiko dengan universitas ternama lainnya di Indonesia (yaitu UI, IPB, dan UGM) maupun di Singapura (yaitu NUS, dan NTU). Tugas akhir ini menyimpulkan bahwa penerapan manajemen risiko organisasi belum sepenuhnya diterapkan di ITB sebagai suatu organisasi. Hampir seluruh responden setuju bahwa penerapan manajemen risiko organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Meningkatkan kinerja universitas secara keseluruhan akan membutuhkan praktik manajemen risiko organisasi yang efektif. Dalam tugas akhir ini, penulis sangat merekomendasikan ITB untuk mengadopsi praktik manajemen risiko berdasarkan standar ISO-31000, dan dapat dikombinasikan dengan standar manajemen risiko lainnya yang tersedia pada saat ini jika diperlukan. ITB perlu memulai implementasi manajemen risiko secepat mungkin, guna mempertahankan posisi strategisnya sebagai universitas unggulan di Indonesia, meningkatkan keunggulan kompetitif untuk bersaing di skala global, dan sekaligus mencapai visi dan misi organisasi dalam jangka panjang dan berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB