digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berdampak pada peningkatan konsumsi energi, termasuk di sektor pembangkit listrik. Pembangkit listrik sebagian besar masih berbasis energi fosil dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat. Komitmen masingmasing negara dalam Paris Agreement untuk mendorong penggunaan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan untuk menghasilkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, termasuk Indonesia. Namun, pembangkit energi terbarukan menghadapi tantangan seperti sifat musiman dan intermittent dari energi terbarukan yang berpotensi menghasilkan permasalahan kualitas daya, seperti fluktuasi tegangan. Selain itu, meningkatnya penerapan beban elektronika daya di sisi konsumen dan penerapan elektronika daya di sisi sumber pembangkit energi terbarukan menyebabkan masalah harmonik yang serius dalam sistem tenaga. Tujuan dari penelitian ini secara khusus mengkaji aspek kualitas daya pada mikrogrid yang bersumber dari tiga jenis sumber energi terbarukan untuk daerah terisolasi, yaitu PLTS, PLTMH dan PLTB. Filter pasif LC dan LCL diterapkan pada PLTS dan PLTB untuk mengurangi harmonik yang muncul dari penggunaan elektronika daya. Sistem baterai diterapkan pada PLTS untuk mengkompensasi fluktuasi tegangan yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan. Sistem mikrogrid yang digunakan sebagai studi kasus didasarkan pada pengembangan sistem pembangkit listrik off-grid di Desa Teluk Sumbang, Kalimantan Timur, Indonesia, yang bersumber dari 414 kWp PLTS, 30 kW PLTMH dan 550 kWh sistem baterai. Metode yang digunakan untuk menganalisis kualitas daya menggunakan perangkat lunak MATLAB/Simulink. Analisis indeks Total Harmonic Distortion (THD) dilakukan melalui Fast Fourier Transform (FFT). Selanjutnya, fenomena tegangan lebih transien diamati dengan menggunakan simulasi gangguan tiga fasa - tanah. Keseluruhan hasil analisis kualitas daya dibandingkan dengan standar IEEE dan IEC.