Pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
berdampak pada peningkatan konsumsi energi, termasuk di sektor pembangkit
listrik. Pembangkit listrik sebagian besar masih berbasis energi fosil dan
menghasilkan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat. Komitmen masingmasing negara dalam Paris Agreement untuk mendorong penggunaan pembangkit
listrik berbasis energi terbarukan untuk menghasilkan energi yang lebih bersih dan
ramah lingkungan, termasuk Indonesia. Namun, pembangkit energi terbarukan
menghadapi tantangan seperti sifat musiman dan intermittent dari energi terbarukan
yang berpotensi menghasilkan permasalahan kualitas daya, seperti fluktuasi
tegangan. Selain itu, meningkatnya penerapan beban elektronika daya di sisi
konsumen dan penerapan elektronika daya di sisi sumber pembangkit energi
terbarukan menyebabkan masalah harmonik yang serius dalam sistem tenaga.
Tujuan dari penelitian ini secara khusus mengkaji aspek kualitas daya pada
mikrogrid yang bersumber dari tiga jenis sumber energi terbarukan untuk daerah
terisolasi, yaitu PLTS, PLTMH dan PLTB. Filter pasif LC dan LCL diterapkan pada
PLTS dan PLTB untuk mengurangi harmonik yang muncul dari penggunaan
elektronika daya. Sistem baterai diterapkan pada PLTS untuk mengkompensasi
fluktuasi tegangan yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan.
Sistem mikrogrid yang digunakan sebagai studi kasus didasarkan pada
pengembangan sistem pembangkit listrik off-grid di Desa Teluk Sumbang,
Kalimantan Timur, Indonesia, yang bersumber dari 414 kWp PLTS, 30 kW
PLTMH dan 550 kWh sistem baterai. Metode yang digunakan untuk menganalisis
kualitas daya menggunakan perangkat lunak MATLAB/Simulink. Analisis indeks
Total Harmonic Distortion (THD) dilakukan melalui Fast Fourier Transform
(FFT). Selanjutnya, fenomena tegangan lebih transien diamati dengan
menggunakan simulasi gangguan tiga fasa - tanah. Keseluruhan hasil analisis
kualitas daya dibandingkan dengan standar IEEE dan IEC.