COVER Linda Octaviani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 1 Linda Octaviani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 2 Linda Octaviani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 3 Linda Octaviani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 4 Linda Octaviani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza PUSTAKA Linda Octaviani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza
Deputi Bidang Penindakan (Deputi IV) merupakan strategi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) dalam rangka penguatan fungsi penegakan hukum untuk menjawab tantangan penegakan
hukum ke depan. Deputi IV didukung oleh komponen fungsi cegah tangkal, intelijen, siber dan
penyidikan. Dengan melaksanakan tanggung jawab tersebut, diharapkan kejahatan di bidang Obat dan
Makanan dapat diberantas secara komprehensif melalui kegiatan penyidikan yang disertai dengan
kegiatan intelijen, pemantauan siber, dan tindakan pencegahan yang tegas. Dalam menjalankan fungsi
strategisnya, Deputi IV tentu membutuhkan rencana strategis yang terencana dengan baik. Deputi IV
menggunakan sistem manajemen kinerja berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard (BSC).
Dengan menggunakan pendekatan BSC sebagai alat dalam manajemen kinerja, Deputi IV diharapkan
dapat mencapai tujuan dan sasarannya. Kerangka BSC dapat memberikan gambaran secara jelas sasaran
kinerja dan indikator kinerja utama sehingga mudah untuk dicapai. Di lain sisi, pengukuran kinerja
organisasi adalah masalah yang kompleks, mengingat bahwa kinerja adalah fenomena yang aspek-aspek
komponennya mungkin memiliki prioritas manajerial yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan Balanced Scorecard (BSC) di Deputi
IV dan menganalisis integrasi dua metodologi, Balanced Scorecard (BSC) sebagai kerangka kerja
perspektif ganda untuk penilaian kinerja dan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai sebuah alat
untuk membuat keputusan dalam memprioritaskan berbagai perspektif dan indikator kinerja dan untuk
menghasilkan matriks terpadu untuk peringkat alternatif. Dalam penelitian ini, AHP diusulkan untuk
memprioritaskan dan menentukan bobot untuk perspektif dan indikator yang termasuk dalam BSC
Deputi IV. Metodologi deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menganalisis sumber
data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan pemangku kepentingan internal, dan juga
kuesioner. Data sekunder dikumpulkan dari data internal Deputi IV, jurnal dan buku.
Hasil dari evaluasi efektivitas penerapan BSC menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor penting pada
setiap kategori sistem evaluasi kinerja yaitu budaya kerja (core values), komitmen, tanggung jawab,
peta strategi, indikator kinerja utama (KPI), pengukuran yang valid dan seimbang, target yang realistis,
penyelarasan tujuan individual dan organisasi, cascading, sumber daya manusia, proses penganggaran,
proses perencanaan strategis, pengumpulan data, dan pelaporan hasil kinerja. Sedangkan temuan dari
perhitungan AHP menunjukkan bahwa internal proses perspektif memiliki dampak yang lebih penting
dibandingkan perspektif lain pada kerangka BSC. Selain itu, indikator terpenting adalah Indikator A dan
kegiatan penyidikan adalah yang terpenting untuk mendukung kinerja Deputi IV.
Oleh karena itu, Deputi IV harus terus memantau dan melakukan perbaikan terus menerus terhadap
hasil-hasil tersebut agar kinerja Deputi IV tercapai dan berkelanjutan.Penelitian ini menegaskan bahwa kombinasi pendekatan BSC dengan AHP merupakan metodologi yang
valid untuk mendapatkan kriteria dan bobot dari perspektif, indikator dan kegiatan yang diperlukan
untuk meningkatkan kinerja Deputi IV, untuk mencapai hasil kinerja yang baik dan berkelanjutan.
Mengetahui peringkat kepentingan perspektif dan indikator bisa sangat berguna untuk rencana strategis
dan menetapkan prioritas. Deputi IV juga harus mempertahankan implementasi faktor-faktor penting
yang telah dilaksanakan dengan baik dan meningkatkan implementasi dari faktor-faktor lain yang belum
optimal untuk meningkatkan kinerja di masa depan. Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu
pejabat publik sebagai pembuat kebijakan dalam perencanaan strategis dan evaluasi manajemen kinerja.