digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-COVER.pdf


2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-BAB1.pdf

2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-BAB2.pdf

2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-BAB3.pdf

2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-BAB4.pdf

2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-BAB5.pdf

2007 TA PP JESNO SIJABAT 1-PUSTAKA.pdf

Abstrak : Peran dan fungsi Kota Bandung yang disertai dengan pelayanan transporatsi baik darat maupun udara semakin meningkatkan daya tarik Kota Bandung. Implikasinya adalah meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat meningkatnya sistem aktivitas. Perkembangan Kota Bandung yang awalnya dengan satu pusat dan telah direncanakan dengan sistem dua pusat, dengan pusat kedua di Gedebage. Perubahan bentuk ini membuat perkembangan Kota Bandung diarahkan ke Bandung bagian Timur. Dengan demikian perkembangan di sepanjang koridor Cicaheum-Cibiru juga mengalami perkembangan yang pesat. Munculnya dan berubahnya lahan-lahan yang tidak produktif menjadi produktif di sepanjang koridor ini berakibat pada penurunan kinerja jalan arteri dari yang seharusnya. Dari hasil identifikasi dan analisis perubahan jenis penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 1996-2006 terjadi perkembangan kawasan terbangun yang sangat pesat seluas 60,62 ha. Perubahan jenis guna lahan ini ditandai dari perkembangan yang pesat dari kegiatan komersial, perumahan dan industri. Pada periode tahun ini, sawah mengalami perubahan terbesar yaitu seluas 34,13 ha menjadi perumahan. Orientasi perkembangan guna lahan lebih tertuju pada peningkatan intensitas dan produktivitas kegiatan. Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada aspek guna lahan tersebut menimbulkan dampak terhadap sistem pergerakan dalam bentuk munculnya gangguan samping. Gangguan samping tersebut baik langsung maupun tidak langsung sebagai aktivitas berlangsung dari guna lahan dan meningkatnya kontribusi bangkitan pergerakan lokal (baik atraksi maupun produksi pergerakan oleh guna lahan). Diidentifikasi gangguan samping yang terjadi menunjukkan bahwa sepanjang daerah komersial dan industri serta pada mulut akses jalan lokal merupakan daerah yang rawan terjadinya tundaan. Bahkan pada daerah komersial terjadi antrian yang panjang. Sedangkan besar volume lokal yang ditimbulkan mencapai 36.32 % terhadap volume ruas jala arteri. Dengan kondisi tersebut kinerja ruas jalan arteri ini mengalami penurunan yang cukup besar dengan penambahan kawasan terbangun sebesar 60,62 ha. Pada tahun 1996 volume kendaraan yang melalui ruas jalan arteri ini sebesar 1775 smp/jam dan pada tahun 2006 volume yang melalui ruas studi ini pada jam puncak rata-rata 2682,92 smp/jam. Kenaikan volume yang melalui ruas jalan arteri ini mengalami peningkatan sebesar 51,15 % selama sepuluh tahun terakhir. Akibat dari perubahan guna lahan tersebut menimbulkan gangguan terhadap sistem pergerakan disertai penambahan volume lalu-lintas sehingga kecepatan kendaraan mengalami penurunan dan berimpilikasi terhadap meningkatnya biaya perjalanan. Biaya tambahan perjalanan yang harus ditanggung oleh pengguna jalan sebesar Rp 37.644.233,-. selama jam puncak setiap harinya. Dengan kondisi diatas, perlu segera disusun rencana tata ruang yang mengatur perkembangan pemanfaatan ruang di wilayah studi yang lebih detail. Juga perlu disinsentif bagi kegiatan komersial, perkantoran dan industri di sepajang ruas jalan studi agar dapat dicegah pola perkembangan yang cenderung memita. Sedangkan untuk mengantisipasipermasalahan di masa yang akan datang, penyesuaian kondisi geometris dan penerapan manajemen lalu-lintas yang lebih baik perlu diterapkan di jalan arteri ini dengan pemisahan hiraki jalan, kebijakan perparkiran, penyediaan fasilitas pedestrian, dan sebagainya.