Perubahan iklim dan perubahan penggunaan lahan memengaruhi kecepatan dan intensitas siklus hidrologi di Sub-DAS Citarik, Cisangkuy, Cikapundung, dan Cirasea. Sub-DAS Citarik, Cisangkuy, Cikapundung, dan Cirasea merupakan salah satu bagian dari DAS Citarum. DAS Citarum merupakan salah satu dari lima belas DAS prioritas pemulihan dikarenakan terus mengalami degredasi karena alih fungsi lahan sehingga terjadi penurunan kemampuan infiltrasi tanah terhadap curah hujan yang membuat daerah lembahan di Cekungan Bandung menjadi lebih rentan terhadap banjir. Salah satu daerah di Cekungan Bandung yang sering mengalami banjir adalah Kecamatan Dayeuhkolot. Oleh karena itu, analisis nilai limpasan dan debit di masa depan memiliki signifikansi yang besar. Dalam penelitian ini, dilakukan simulasi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2022 hingga 2045 dengan melihat kemungkinan perubahan suatu piksel pada event tertentu berdasarkan keadaan pada event sebelumnya dan melihat perubahan status piksel menurut fungsi waktu atau skenario yang telah ditetapkan sebelumnya termasuk sel tetangganya dengan menggunakan model CA-Markov. Selain itu, dilakukan Statistical Downscalling Model (SDSM) untuk memprediksi cuaca lokal dengan mengubah informasi iklim dari skala global (misalnya hasil dari model iklim global) ke skala regional atau lokal.. Setelah itu, dilakukan pemodelan Soil and Water Assessment Tool (SWAT) untuk melakukan pemodelan hidrologi sehingga diketahui nilai limpasan dan debit di area kajian. Hasil penelitian menunjukkan perubahan penggunaan lahan dan cuaca lokal menyebabkan peningkatan limpasan tahunan sebesar 19,06 % pada RCP 2.6, peningkatan 20,11 % pada RCP 4.5, peningkatan sebesar 24,42 % pada RCP 8.5 jika dibandingkan dengan tahun 2022. Selain itu, diprediksi terjadi kenaikan debit pada setiap skenario iklim yang terjadi, dimana terjadi kenaikan sebesar 80,59 %; 84,44 % pada RCP 4.5; dan 91,84 % pada RCP 8.5 jika dibandingkan dengan antara data pada tahun 2022 dan 2045.