Sejak kesuksesan program konversi minyak tanah ke LPG pada tahun 2007, Indonesia telah menjadi
konsumen besar LPG di dunia. Namun, Indonesia memiliki keterbatasan produksi LPG domestik dan
kini bergantung pada LPG impor. Sebagai BUMN yang ditunjuk mengoperasikan & memelihara kilang
LNG Bontang dan mengolah gas dari East Kalimantan Gas Producers, PT Badak NGL mengusulkan
proyek untuk meningkatkan produksi LPG domestik di fasilitas tersebut. Inisiatif ini akan membantu
pemerintah mengurangi impor LPG dan menguntungkan Gas Producers untuk mengekstrak lebih
banyak LPG dan berpotensi memaksimalkan pendapatan.
Karena keunikan skema bisnisnya, PT Badak NGL mengoperasikan, memelihara dan memodifikasi
kilang LNG Bontang dengan mekanisme “at cost” dan menjadi bagian dari biaya penjualan LNG yang
ditanggung oleh Gas Producers. Oleh karena itu, Gas Producers menjadi pihak yang akan memutuskan
untuk menerima atau menolak usulan proyek tersebut. Kajian ini bertujuan untuk memberikan justifikasi
atas keputusan investasi proyek optimalisasi produksi LPG dari sudut pandang keekonomian melalui
evaluasi anggaran modal dan kajian risiko.
Hasil evaluasi anggaran modal pada skenario base case menyimpulakan bahwa usulan proyek dapat
memberikan manfaat keekonomian dengan estimasi nilai PV sebesar 11.6 juta USD, IRR 67% dan
DPBP selama 1,2 tahun. Namun demikian, kajian juga menyimpulkan bahwa keekonomian proyek
sangat bergantung pada berbagai aspek di luar kendali perusahaan seperti harga komoditas dan
karakteristik laju dan komposisi gas umpan. Analisis risiko yang matang dengan metode simulasi Monte
Carlo menunjukkan bahwa meskipun memiliki keekonomian yang sangat sensitif, usulan proyek
diprediksi memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi, yaitu 83,2%. Jika perusahaan
mempertimbangkan alternatif beralih ke sumber listrik dengan harga yang lebih murah dan pasti, hal ini
dapat meningkatkan keekonomian dan peluang keberhasilan proyek hingga 93.1%.