Perancangan model hunian tangguh (flood resilient) pada tesis ini menjelaskan
bagaimana kerangka resilient dengan pendekatan ekologi digunakan dalam perancangan
permukiman di kawasan konservasi rawan banjir Desa Rantau Gedang Aceh Singkil. Pada
awalnya Desa Rantau Gedang yang terletak di bantaran sungai di zona inti hutan hujan
konservasi tropis selau mengalami banjir setiap tahun. Berbagai upaya dilakukan pemerintah
untuk memindahkan Desa tersebut, namun tidak berhasil, karena masyarakat memiliki
keterkaitan dengan sungai (air) dan saat banjir walaupun banyak menimbulkan kerusakan dan
keterasingan (karena akses yang terputus) masyarakat mendapat keuntungan dari penangkapan
ikan. Tesis ini akan memperlihatkan proses pemindahan permukiman liar Desa Rantau Gedang
ke lokasi baru, dan kemudian mengeksplorasi model hunian tangguh banjir (flood resilient)
dengan pendekatan ekologi serta mengimplementasikannya dalam usulan perancangan hunian.
Kajian pendekatan ekologi serta preseden dilakukan untuk memperoleh kriteria permukiman
berketangguhan terhadap banjir (flood resilient). Adapun kriteria yang dihasilkan meliputi;
1.Pemanfaatan lahan perlu mengakomodir semua kegiatan masyarakat serta memperhatikan
karakteristik alam 2. Penggunaan energi, pengolahan air dan sistem pembuangan limbah
dengan melihat kondisi, potensi,budaya serta bentuk bangunan yang sesuai dengan iklim dan
alam setempat.3. Pemanfaatan alam yang berfungsi sebagai sumber mata pencaharian yang
mendukung kegiatan masyarakat.4. Perancangan hunian dan lingkungan sekitar yang dapat
berdaptasi dengan banjir dengan pemanfaataan material yang tepat.
Dengan menggunakan penilaian Flood Resilient Indeks (FRI), usulan perancangan
mencoba merumuskan pemanfaatan lahan secara ekologis dengan tujuan agar banjir tidak lagi
menjadi ancaman bagi masyarakat khususnya yang bekerja dari sektor pertanian. Penilaian
Flood Resilient Index (FRI) terhadap enam aspek yang meliputi pemanfaatan energi,
ketersediaan air, pengelolaan limbah, pasokan makanan, aktifitas manusia dan akses jalan
perkotaan/daerah pada skala 0 (tidak tersedia) sampai 5 (tersedia sepenuhnya/sangat baik).
Kemudian semua aspek dari penilaian Flood Resilient Indeks (FRI) akan diselesaikan dengan
pendekatan ekologi yang akan memastikan pembangunan pemukiman manusia dan
aktivitasnya tetap berfungsi dengan baik pada saat atau setelah banjir dengan tetap
memperhatikan alam.