Sub Cekungan Aman Utara terletak di bagian utara dari Cekungan Sumatra
Tengah yang terpisah dari Cekungan Sumatra Utara oleh tinggian Asahan. Sub
Cekungan Aman Utara ditafsirkan sebagai suatu cekungan pull-apart dengan
karakteristik yang mirip dengan sub cekungan lainnya di Sumatra Tengah.
Pemahaman mengenai lingkungan pengendapan yang berkembang di dalam
tatanan rift Paleogen Cekungan Sumatra Tengah selama ini masih banyak
menyimpan pertanyaan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di
Cekungan Sumatra Tengah belum ada yang secara khusus membahas kelompok
Pematang Paleogen dengan menggunakan pendekatan konsep tektonostratigrafi
terutama pembahasan yang konklusif mengenai tatanan arsitektur rift Paleogen
dan endapan yang berkembang di dalam Sub Cekungan Aman Utara. Penelitian
ini dilakukan dengan maksud untuk memahami tatanan arsitektur rift Paleogen
dan endapan-endapan yang berkembang di dalam Sub Cekungan Aman Utara
dengan menggunakan konsep tektonostratigrafi.
Tektonostartigrafi adalah suatu pendekatan geologis dalam penafsiran stratigrafi
dengan menggunakan data seismik sebagai data utama. Di dalam seismik, bidangbidang
permukaan refleksinya menggambarkan bidang-bidang perlapisan yang
mengikuti kaidah korelasi tektonostratigrafi. Batas-batas sekuen pengendapan
diidentifikasi dari bentuk-bentuk berakhirnya refleksi seismik secara lateral.
Fasies-fasies seismik ditentukan dan dipetakan dengan menganalisa kenampakankenampakan
refleksi seismik lainnya seperti konfigurasi dan bentuk geometrinya.
Data-data sumur digunakan untuk memprediksi endapan-endapan yang
berkembang di dalam cekungan dari fasies-fasies seismik yang ada.
Di daerah penelitian, Grup Pematang dapat diidentifikasi adanya 5 (lima) sekuen
pengendapan yang proses pembentukannya sangat berkaitan erat dengan aktifitas
sesar utama (border fault) rift Paleogen pada setiap periode rifting yang terjadi.
Proses pengendapan sekuen Pematang-1 mengawali proses pembentukan
cekungan half graben Aman Utara pada fase rift initiation sebagai hasil dari
regangan sepanjang struktur basement yang ada sebelumnya sebagai hasil dari
dextral strike-slip fault system. Penurunan cekungan yang relatif cepat akibat dari
aktifnya proses pensesaran membentuk relief topografi dan gawir-gawir sesar
yang cukup tinggi (fault-block topography). Pengendapan yang berlangsung
selanjutnya adalah proses pengendapan sekuen Pematang-2 pada fase early synrift.
Hampir seluruh subsidence terjadi sepanjang border fault sehingga
ii
membentuk morfologi half-graben. Pengendapan yang berlangsung selanjutnya
adalah proses pengendapan sekuen Pematang-3 pada fase middle syn-rift.
Memiliki morfologi half-graben dengan basin floor yang lebih flat dibanding
cekungan periode sebelumnya. Pengendapan yang berlangsung selanjutnya adalah
proses pengendapan sekuen Pematang-4 pada fase late syn-rift. Memiliki
morfologi half-graben dengan basin floor mendekati flat. Proses pengendapan
terakhir adalah proses pengendapan sekuen Pematang-5 pada fase post rift.
Mengalami proses sagging tahap awal dengan relief topografi rendah dan bentuk
geometri sempit dan memanjang.
Sub Cekungan Aman Utara dari hasil pengukuran restorasi penampang seismik
didapatkan harga extension factor (????) sebesar 1,29, dengan rata-rata strain
masing-masing sebesar 3,8% pada periode pengendapan sekuan Pematang-1,
3,1% pada periode pengendapan sekuan Pematang-2, 3,0% pada periode
pengendapan sekuan Pematang-3, 2,8% pada periode pengendapan sekuan
Pematang-4 dan 1,4% pada periode pengendapan sekuan Pematang-5.
Penurunan aktifitas sesar utama dari awal periode rifting sampai dengan akhir dari
periode rifting yang ditandai oleh menurunnya harga rata-rata strain-nya
memperlihatkan respon yang berlainan terhadap geometri rift Paleogen dan
ketebalan depocenter-nya.