BAB 3 Nurvita Aji
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nurvita Aji
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nurvita Aji
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Gelombang laut memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi
alternatif. Densitas energi gelombang laut (2-3 kW/m2) lebih tinggi dari densitas
energi surya (0,1-0,2 kW/m2) dan densitas energi angin (0,4-0,6 kW/m2). Di sisi
lain, energi gelombang laut memiliki ketersedian sebesar 90% dalam domain
waktu, sedangkan ketersediaan energi surya dan angin hanya sebesar 20-30%. Oleh
karena itu, gelombang laut di Indonesia dianggap sebagai sumber energi terbarukan
dan berkelanjutan. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa wilayah laut di Indonesia
memiliki luas sekitar 81% dari total luas negara atau sekitar 7,9x106 km2, termasuk
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Penelitian ini menjelaskan tentang simulasi konversi energi gelombang laut di
Indonesia, khususnya di sepanjang pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, dan
perairan Bali menggunakan Wave Energy Converter Simulator (WEC-Sim). WECSim
adalah sebuah simulator dengan kode open source yang ditulis dalam
MATLAB/Simulink menggunakan multi-body dynamic solver. Simulator ini
menggunakan persamaan Cummins untuk pemodelan dalam 6 derajat kebebasan.
Floating-point absorber buoy RM3 dipilih sebagai model WEC untuk
disimulasikan pada lima hotspot yang memiliki potensi energi gelombang tertinggi.
Kelima lokasi tersebut adalah Pulau Pagai Selatan II (101,25oE-4,25oS), Pulau
Enggano (102,25oE-5,5oS), Kota Cilacap (109,06oE-7,94oS), Kota Jember
(113,68oE-8,56oS), dan Pulau Bali (115oE-8,75oS). RM3 terdiri dari dua komponen
utama, yaitu sebuah float (pelampung) dan sebuah spar/plate (tiang/pelat), yang
digabungkan ke sebuah kolom pusat. Modifikasi massa dan momen inersia pada
float dan spar/plate dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap daya
elektrikal yang dihasilkan.
Dalam simulasi ini, spektrum Pierson-Moskowitz (PM) digunakan untuk
memodelkan gelombang ireguler. Mekanisme PTO pada WEC disimulasikan
sebagai sebuah sistem hidrolik. Gaya PTO hidrolik dipengaruhi oleh gaya total dari
float dan spar/plate WEC. Berdasarkan simulasi, PTO hidrolik menghasilkan
interval gaya PTO antara -0,2 hingga 0,2 MN di lima lokasi terpilih. Simulasi
dilakukan selama 400 detik dan time step 0,01 detik dengan parameter significant
wave height dan periode gelombang yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan
lokasi terpilih.
Daya serap rata-rata perangkat WEC berada pada kisaran 21,13 hingga 26,18 kW.
Sedangkan kisaran daya mekanik rata-rata adalah 17,02 – 21,53 kW, dan kisaran
daya elektrik rata – rata adalah 14,10 – 18,13 kW. Nilai rata-rata daya elektrikal
yang dihasilkan selama simulasi adalah 15,85; 15,53; 18.13; 14,10; 15,69 kilowatt
(kW) atau setara dengan energi elektrikal 129,34; 126,71; 147,96; 115,09; 128,02
megawatt hour (MWh) per tahun untuk Pulau Pagai Selatan II, Pulau Enggano,
Kota Cilacap, Kota Jember, dan Pulau Bali. Berdasarkan laporan Dewan Energi
Nasional (DEN) Indonesia, kebutuhan listrik per kapita pada tahun 2018 sebesar
964 kWh per tahun. Artinya, satu unit buoy RM3 dapat menyediakan listrik untuk
119 hingga 153 individu. Penambahan massa dan momen inersia sebesar 25% pada
float dan pengurangan sebesar 0.75% pada spar/plate dapat meningkatkan daya
elektrikal rata-rata sebesar 11,65% - 12,48%. Modifikasi ini terbukti dapat
meningkatkan energi elektrikal per tahun menjadi 129,46 MWh - 165,19 MWh atau
setara dengan kebutuhan listrik untuk 134 hingga 171 individu.
Lokasi perangkat WEC yang menghasilkan daya listrik rata-rata terbesar adalah
Cilacap, dengan nilai significant wave height tertinggi. Sebaliknya, Jember yang
menghasilkan daya listrik rata-rata paling kecil memiliki nilai significant wave
height paling rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa significant wave
height merupakan parameter penting untuk menentukan daya keluaran dari energi
gelombang laut. Oleh karena itu, wilayah kelautan Indonesia memiliki potensi besar
yang menjanjikan sebagai lokasi implementasi perangkat WEC di masa depan.