digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Mumpuningtyas Restu Dewati
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Penyakit hati koleostatis terjadi akibat adanya hambatan atau pengurangan aliran empedu yang disekresikan ke duodenum. Asam ursodeoksikolat (UDCA) menjadi pengobatan utama untuk penyakit hati koleostatis, seperti primary biliary cholangitis (PBC) dan primary sclerosing cholangitis (PSC). UDCA merupakan senyawa steroid yang diproduksi di dalam hati dan bersifat sebagai asam empedu untuk membantu melarutkan batu empedu. Produksi UDCA yang sedikit di dalam hati manusia menjadi tantangan untuk menemukan metode memproduksi obat ini, salah satunya menggunakan transformasi melalui mikroba. Transformasi dengan Agrobacterium tumefaciens merupakan metode produksi protein atau senyawa obat yang sering digunakan untuk tanaman transgenik karena aman dan ekspresi gen yang cepat. Sebelum melalukan transformasi dilakukan kultur jaringan tanaman N. tabacum. Dari hasil kultur jaringan, berhasil menumbuhkan N. tabacum menjadi tanaman utuh tanpa ada kontaminasi. Kultur ini akan digunakan selanjutnya untuk bahan transformasi genetika dari gen yang bertanggung jawab dalam biosintesis UDCA. Dilakukan studi literatur tentang transformasi genetika transien yang dimediasi oleh A. tumefaciens melalui dua sumber, Google Scholar dan Pudmed untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dari keberhasilan transformasi. Deteksi keberhasilan transformasi dilakukan melalui uji histokimia GUS mau pun melalui uji PCR. Didapatkan bahwa densitas optik bakteri yang dikultur, penambahan senyawa fenolik dan surfaktan, serta durasi ko-kulkitivasi mempengaruhi keberhasilan transformasi.