digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Porang atau Amorphophallus muelleri merupakan tanaman umbi yang berasal dari Indonesia. Kandungan glukomanan yang tinggi pada porang membuat tanaman ini banyak diminati, terutama oleh industri makanan dan kesehatan. Berdasarkan tingkat kebutuhan industri yang tinggi dan kondisi pemanenan yang cukup lama, maka dibutuhkan suatu penelitian mengenai optimasi perbanyakan porang dengan hasil berupa bibit unggul. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan teknik kultivasi secara in vitro di dalam bioreaktor TIS Ebb-and-Flow. Penggunaan bioreaktor Ebb-and-Flow mampu menekan tingkat hiperhidrisitas, distribusi aerasi dan nutrisi yang baik, serta pertumbuhan tanaman terkontrol. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh frekuensi perendaman terhadap produksi bibit pada kultur tanaman porang dalam bioreaktor Ebb-and-Flow dengan mengevaluasi beberapa parameter pertumbuhan, tingkat konsumsi dan serapan nutrisi dalam medium, serta tingkat biokonversi nutrisi terhadap biomassa. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi perendaman setiap 6 jam menghasilkan laju pertumbuhan relatif sebesar 33,301 mg/hari, laju peningkatan tinggi sebesar 0,318 mm/hari, dan laju multiplikasi sebesar 9,750 tunas/eksplan. Sementara tingkat serapan nutrisi ditunjukkan dengan penurunan pH, sukrosa, konduktivitas; serta penyerapan karbon organik dan nitrogen organik secara berturut-turut sebesar 1,136; 1,914 g/L; 0,0047 mS; 1,262 g/L; dan 0,785% yang berkorelasi dengan peningkatan kandungan klorofil pada daun kultur bibit sebesar 9,144 SPAD. Pada frekuensi perendaman setiap 18 jam dihasilkan laju pertumbuhan relatif sebesar 47,962 mg/hari, laju peningkatan tinggi sebesar 0,504 mm/hari, dan laju multiplikasi sebesar 9,556 tunas/eksplan. Sementara penurunan pH, sukrosa, konduktivitas; serta penyerapan karbon, dan nitrogen organik secara berturut-turut sebesar 1,032; 2,720 g/L; 0,0024 mS; 1,748 g/L; dan 0,056% diikuti dengan peningkatan kandungan klorofil sebesar 6,678 SPAD. Hasil tersebut memiliki tren yang serupa dengan analisis neraca massa secara hipotetikal terkait pengaruh penyerapan sukrosa terhadap peningkatan biomassa. Selain itu, frekuensi perendaman 18 jam menunjukkan nilai biokonversi sukrosa menjadi biomassa yang lebih baik dibandingkan setiap 6 jam. Kedua frekuensi menghasilkan kultur bibit porang dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 100%