Propolis yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat memiliki senyawa bioaktif yang membuat propolis berpotensi digunakan dalam pengobatan. Di Indonesia, budidaya lebah tanpa sengat sudah mulai banyak dilakukan termasuk inovasi pada sarang Modular Tetragonula Hive (MOTIVE) yang membuat budidaya lebah tanpa sengat untuk produksi propolis menjadi lebih efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas propolis yang dihasilkan oleh lebah yang dibudidaya menggunakan sarang MOTIVE, kandungan senyawa antioksidan dalam propolis serta kemampuan antimikroba dari propolis yang diekstraksi secara refluks. Dalam penelitian ini, digunakan tiga spesies Tetragonula sp.: T. laeviceps, T. biroi, dan T. drescheri yang dikultivasi dalam MOTIVE dilengkapi sensor untuk mencatat kondisi mikroklimat dan aktivitas keluar-masuk sarang, dengan pemberian resin Pinus merkusii. Propolis diekstrak menggunakan metode refluks pada suhu 70oC selama 2 jam dalam etanol 80% dengan perbandingan propolis:etanol sebesar 1:15 (w/v). Secara berturut-turut untuk T. laeviceps, T. biroi, dan T. drescheri, hasil penelitian menunjukkan produktivitas propolis sebesar 1,70, 1,86, dan 2,47 g/koloni/minggu, dengan perolehan ekstrak sebesar 14,03%, 13,38%, dan 19,3%. Propolis tersebut, secara berturut-turut, memiliki kandungan fenolik propolis sebesar 270,97, 98,13, dan 170,22 mg GAE/g propolis, serta kandungan flavonoid sebesar 30,58, 4,41, dan 12,11 mg QE/g propolis. Analisis Gas Chromatography - Mass Spectra menunjukkan terdapat empat senyawa bioaktif dalam ekstrak propolis, yaitu heksametilsiklotrisilosan, oktinol, alfa-pinene, dan alfa-terpineol. Pengujian aktivitas antimikroba dengan metode Kirby-Bauer pada kultur Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa ekstrak propolis dapat menghambat pertumbuhan S. Aureus.