Peradaban teknologi elektronik-digital telah merubah cara manusia beroperasi hari ini.
Kemudahan yang ditawarkan perangkat pintar membentuk kebiasaan baru individu dimana sistem
digital dapat menciptakan ruang virtual untuk mengkompilasi konsepsi ruang-waktu. Fenomena
hyperconnectivity memungkinkan manusia terhubung dengan siapapun dan kapanpun.
Keterhubungan ini tidak memberi jeda bagi manusia untuk memproses konsekuensinya. Hal itu
membuat penulis mempertanyakan kembali mengenai ruang virtual dan aktual serta kesadaran
manusia dalam memahami ruang tersebut.
Penulis memahami ruang interaksi tersebut sebagai realitas yang berbeda dimana layar merupakan
batasan yang memperjelas posisi masing-masing realitas tersebut. Minim kesadaran akan batasan
ruang realitas tersebut membuat batasan itu sendiri semakin bias. Keakraban individu dengan
realitas virtual membuat jarak yang semakin besar dengan realitas aktual. Dalam karya ini penulis
berusaha menghadirkan kedua realitas tersebut secara bersamaan sebagai pemantik pemikiran
apresiator akan ruang realitas yang hadir berdampingan tersebut.
Gagasan visual pada karya ini adalah dengan menampilkan simulasi sebuah pameran seni.
Pensuasanaan ruang pamer dibangun untuk menciptakan atmosfer keakraban apresiator dengan
aktivitas dan interaksi yang terjadi di ruang pamer. Pada saat yang bersamaan penulis
menggunakan perangkat digital untuk mengkonstruksi pesan dari keseluruhan karya dan membuat
disrupsi pada simulasi pameran tersebut. Melalui karya interaktif berupa QR code yang dapat
diakses melalui perangkat pintar, penulis mengajak apresiator untuk dapat hadir dalam ruang
aktual dan virtual pada saat yang bersamaan.
Bahasa metafor dipilih untuk menyampaikan pesan dari karya. Layar sebagai metafor dari batasan
antara dua realitas menampilkan sebuah paradoks dalam menyikapi realitas yang ditampilkan
dalam karya. Melalui karya instalasi yang terdiri dari video, suara, dan augmented reality ini,
penulis mencoba menghadirkan realitas aktual dan virtual yang dapat diakses pada waktu yang
bersamaan namun dengan logika yang berkebalikan. Upaya ini dilakukan dengan harapan agar
apresiator dapat berpikir kembali posisinya sebagai individu yang dihadapkan dengan dua realitas
tersebut dan bisa menyikapi keberadaannya dalam peradaban teknologi elektronik-digital hari ini.