digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

BAB 1 Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

BAB 2 Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

BAB 3 Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

BAB 4 Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

BAB 5 Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

BAB 6 Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

PUSTAKA Samsul Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

Peledakan masih menjadi metode yang umum digunakan dalam penggalian tambang bawah tanah karena efisien dari segi waktu dan biaya. Meskipun begitu, metode ini memiliki serangkaian dampak negatif yang menyertainya seperti halnya overbreak. Apabila tidak ditangani dengan baik, overbreak bisa saja mengarah ke masalah keselamatan dan biaya yang menghambat kemajuan pekerjaan terowongan. Overbreak adalah ketidaksesuaian dimensi terowongan sebelum dan sesudah peledakan yang bisa dihindari dengan desain peledakan yang baik dan optimal. Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk memprediksi overbreak, namun solusi ideal untuk masalah ini harus bergantung pada kondisi batuan yang ada di masing – masing area. Pendekatan Artificial Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) dan Multiple Regression Analysis (MRA) akan dicoba dalam penelitian ini untuk membangun sebuah model prediksi dengan menganilisis hubungan antara variabel – variabel yang mempengaruhi terjadinya overbreak. Pengolahan data akan dilakukan menggunakan perangkat lunak Matlab2022b untuk ANFIS dan SPSS25 untuk metode MRA. Akurasi atau kehandalan dari masing – masing metode dilihat dari nilai Root Mean Square Error (RMSE) yang mendekati 0. Hasil penelitian menunjukkan nilai RMSE dari MRA dan ANFIS dapat mencapai 0.14 – 0.10. Prediksi overbreak dengan metode MRA dan ANFIS memberikan keakuratan yang relatif sama. Penelitian membuktikan jika overbreak di PT Antam Pongkor dipengaruhi oleh serangkaian faktor seperti Perimeter Powder Factor (kg/m3), Maximum Charge Per Delay (kg), terutama pada kondisi massa batuan yang lemah.