Sejak tahun 2000, ruangrupa terbentuk sebagai kolektif seni rupa kontemporer di
Jakarta yang fokus pada aspek produksi, konsumsi dan distribusi pengetahuan seni.
Praktik seni mereka didasarkan pada prinsip kolektivisme yang menekankan kerja
kolaborasi. Perkembangannya, ruangrupa melihat potensi ketersediaan ragam
sumber daya yang dimiliki kelompok atau komunitas seni di Jakarta yang memiliki
semangat yang serupa untuk secara bersama mengembangkannya menjadi sebuah
ekosistem seni yang lebih besar. Tahun 2015 ruangrupa mulai membentuk Gudang
Sarinah Ekosistem (GSE) bersama kolektif seni lain di Jakarta seperti Serrum,
Forum Lenteng dan Grafis Huru-Hara. Sejak tahun 2018 GSE bertransformasi
menjadi Gudskul, sebuah studi kolektif dan ekosistem seni rupa kontemporer yang
dibentuk untuk menghadirkan serta mendukung infrastruktur seni di Jakarta.
Praktiknya memfokuskan pada aspek keberlanjutan dengan menggunakan model
tata kelola kolektif yang mengadopsi konsep Lumbung.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis kolektivisme ruangrupa dan melihat
relevansinya dalam praktik Gudskul Ekosistem, khususnya bersinggungan dengan
strategi keberlanjutan mereka. Tujuan dari penelitian ini selain untuk memberikan
gambaran detail mengenai kolektivisme ruangrupa, serta melihat relevansinya
dalam praktik Gudskul, juga untuk memahami model praktik seni rupa kontemporer
yang didasari oleh prinsip kolektivisme. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan
deskriptif dengan pendekatan kualitatif analitik serta interdisipliner. Penelitian ini
berpijak pada teori Tindakan Kolektif Mancur Olson yang menempatkan tindakan
sekelompok individu dengan tujuan tertentu sebagai pusatnya. Penelitian ini juga
menggunakan teori pendukung seperti teori kolaborasi seni, teori medan seni, dan
teori strategi keberlanjutan. Kesimpulannya, kolektivisme ruangrupa mengacu
pada model praktik seni rupa kontemporer yang berlandaskan dialogisme secara
luas, menekankan kolaborasi, dan memanfaatkan sumber daya bersama sebagai
upaya dalam memahami sesama yang kemudian menjadi tawaran alternatif dalam
menyiasati keberlanjutan kolektif dan ekosistem seni rupa khususnya di Indonesia