Peristiwa-peristiwa mikroseismik dapat menyebabkan kerugian berupa kerusakan struktur
bawah tanah yang membahayakan keselamatan para pekerja dan alat-alat produksi dari
tambang itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan aktivitas seismik secara rutin, dan
langkah pertamanya adalah penentuan lokasi gempa yang akurat. Pada tambang bawah tanah
“UC†telah digunakan metode dan model kecepatan 3D untuk menentukan lokasi gempa secara
akurat. Namun, perhitungan yang kompleks dari metode dan model kecepatan 3D membuat
efektivitas waktu komputasinya semakin kecil untuk hasil yang lebih akurat. Dalam penelitian
ini, akan dilakukan relokasi hiposenter dari gempa-gempa yang terjadi di tambang bawah tanah
“UC†menggunakan model kecepatan homogen untuk mengetahui akurasi dari metode ini
dibandingkan dengan metode yang menggunakan model kecepatan 3D. Penelitian ini
dilakukan dengan harapan metode ini dapat memberikan hasil yang masih representatif dengan
waktu komputasi yang lebih singkat karena menggunakan perhitungan yang lebih sederhana.
Katalog gempa dari perusahaan digunakan sebagai acuan lokasi awal yang telah ditentukan
menggunakan model kecepatan dan penentuan lokasi secara 3D. Model kecepatan awal berasal
dari data perusahaan dengan nilai vp= 5.590 m/s dan vs= 3.175 m/s. Model lokasi pertama
dibuat menggunakan metode Non-Linear Location (NLL) dengan model kecepatan awal.
Kemudian, model kecepatan diperbarui menggunakan metode JHD yang menghasilkan nilai
vp= 5.329 m/s dan vs= 3.065 m/s. Selanjutnya, dibuat model baru menggunakan metode NLL
dengan model kecepatan baru. Model lokasi terakhir dibuat menggunakan metode DoubleDifference (DD) dengan model kecepatan baru yang menghasilkan rata-rata selisih jarak
dengan katalog sebesar 76,795 meter dan nilai residual 0,00297. Relokasi yang dilakukan telah
memberikan hasil yang representatif terhadap lokasi dari data katalog dengan waktu komputasi
yang lebih singkat karena menggunakan perhitungan yang lebih sederhana. Hal ini dibuktikan
dengan kemiripan lokasi-lokasi gempa dan klaster-klaster gempa yang digambarkan. Namun,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil demikian, seperti
pemisahan relokasi gempa-gempa yang terjadi di klaster yang berbeda, dan perlunya
pembaruan model kecepatan secara berkala akibat sifat batuan pada daerah tambang yang terus
berubah seiring berjalannya aktivitas pertambangan.