digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sistem akuakultur tertutup merupakan alternatif teknologi untuk budidaya perikanan berkelanjutan. Recirculating Aquaculture Systems (RAS) menerapkan teknologi dimana air disirkulasi secara kontinu dalam suatu sistem tertutup melalui proses filtrasi fisik/mekanik, kimiawi dan biologis sehingga kestabilan kualitas air pada tangki budidaya dapat dijaga optimal selama periode kultur. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kinerja RAS pada kultur udang putih (Litopenaeus vannamei) super-intensif pada salinitas berbeda; (2) mengetahui salinitas optimum kultur udang putih pada sistem RAS; dan (3) mengidentifikasi profil komunitas mikroba pada kultur udang putih yang dibudidaya dengan sistem RAS pada salinitas berbeda. Pada penelitian ini digunakan tiga unit terpisah sistem RAS yang masing-masing terdiri dari komponen: (1) tangki kultur-tempat pemeliharaan udang; (2) tangki pengendapan-untuk pengendapan dan penyaringan materi organik kasar; (3) protein skimmer-untuk menangkap materi organik halus dan terlarut; (4) tangki karbon aktif-untuk filtrasi kontaminan kimiawi; dan (5) biofilter untuk proses nitrifikasi. RAS dioperasikan pada tiga salinitas berbeda yaitu salinitas 5 ppt (rendah), 20 ppt (sedang) dan 30 ppt (tinggi). Perlakuan salinitas tersebut diaplikasikan untuk kultivasi benur udang Post-Larvae 25 (PL-25) selama 90 hari periode kultur pada kepadatan tebar super-intensif 500 ekor/m3. Analisis parameter kualitas air, biologis udang, dilakukan setiap minggu selama periode kultur. dan Parameter mikrobiologis untuk menentukan profil komunitas mikroba dilakukan di awal, tengah dan akhir periode kultur analisis ini dilakukan dengan uji Angka Lempeng Total (ALT) pada sampel udang dan sampel air kultur, selanjutnya dilakukan analisis sekuensing 16S rRNA dari isolat yang diperoleh pada sampel udang dan sampel air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 5 ppt memiliki kinerja terbaik berdasarkan parameter produktivitas dengan produksi biomassa sebesar 5,6±0,4 kg/m3 diikuti oleh perlakuan salinitas 20 ppt (4,9±0,1 kg/m3) dan perlakuan salinitas 30 ppt (4,4±0,6 kg/m3) (p<0,05). Kesintasan udang tertinggi sebesar 76,7±12,7% dijumpai pada perlakuan salinitas 30 ppt diikuti perlakuan salinitas 20 ppt (69,3±4,6 %) dan perlakuan salinitas 5 ppt (66,0±4,0 %) (p>0,05). Rasio konversi pakan terendah dijumpai pada perlakuan salinitas 30 ppt sebesar 0,6±0,1 (p<0,05). Berdasarkan parameter kualitas air budidaya, terlihat bahwa seluruh perlakuan memiliki kisaran konsentrasi NH4 +, NO2 -, dan NO3 - yang optimum selama periode kultur. Hasil analisis komunitas mikroba menunjukkan bahwa penggunaan sistem RAS dalam budidaya udang berdampak terhadap kestabilan profil komunitas bakteri heterotrof pada sampel usus udang (102-104 CFU/mg) dan sampel air (105-107 CFU/ml) serta bakteri Vibrio pada sampel usus udang (101-103 CFU/mg) dan sampel air (103-105 CFU/ml) pada ketiga perlakuan salinitas. Berdasarkan hasil analisis kelimpahan mikroba menggunakan analisis sekuensing 16S rRNA pada sampel udang dan sampel air diperoleh enam isolat bakteri predominan yaitu Ruegeria arenilitoris, Stenotrophomonas maltophilia, Micrococcus sp., Demequina sediminicola, Pseudoalteromonas spongiae, dan Shewanella algae yang merupakan bakteri potensial kandidat probiotik. Persentase kelimpahan bakteri secara umum menunjukkan kelimpahan mikroba yang relatif stabil selama periode budidaya. Hasil analisis Indeks Diversitas Shannon-Wienner yang menunjukkan keanekaragaman mikroba tertinggi dijumpai pada pada perlakuan salinitas 30 ppt. Secara umum kultivasi udang yang dilakukan pada salinitas tinggi menunjukkan diversitas mikroba yang mengalami peningkatan selama periode kultur dibandingkan dengan salinitas rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan indeks dominansi pada salinitas tinggi yang mengalami penurunan. Dapat disimpulkan bahwa, teknologi RAS dapat digunakan untuk kultivasi udang putih pada tiga salinitas berbeda dan memberikan kestabilan kualitas air dan profil komunitas mikroba selama periode kultur. Kultivasi udang pada salinitas rendah dapat menghasilkan pertumbuhan udang yang lebih tinggi, sedangkan peningkatan salinitas air kultur dapat meningkatkan diversitas mikroba usus udang yang diduga berperan dalam peningkatan kesintasan udang melalui peningkatan biokontrol Vibrio pada kultur udang.