Sistem akuakultur tertutup merupakan alternatif teknologi untuk budidaya
perikanan berkelanjutan. Recirculating Aquaculture Systems (RAS) menerapkan
teknologi dimana air disirkulasi secara kontinu dalam suatu sistem tertutup melalui
proses filtrasi fisik/mekanik, kimiawi dan biologis sehingga kestabilan kualitas air
pada tangki budidaya dapat dijaga optimal selama periode kultur. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mengetahui kinerja RAS pada kultur udang putih (Litopenaeus
vannamei) super-intensif pada salinitas berbeda; (2) mengetahui salinitas optimum
kultur udang putih pada sistem RAS; dan (3) mengidentifikasi profil komunitas
mikroba pada kultur udang putih yang dibudidaya dengan sistem RAS pada
salinitas berbeda. Pada penelitian ini digunakan tiga unit terpisah sistem RAS yang
masing-masing terdiri dari komponen: (1) tangki kultur-tempat pemeliharaan
udang; (2) tangki pengendapan-untuk pengendapan dan penyaringan materi organik
kasar; (3) protein skimmer-untuk menangkap materi organik halus dan terlarut; (4)
tangki karbon aktif-untuk filtrasi kontaminan kimiawi; dan (5) biofilter untuk
proses nitrifikasi. RAS dioperasikan pada tiga salinitas berbeda yaitu salinitas 5 ppt
(rendah), 20 ppt (sedang) dan 30 ppt (tinggi). Perlakuan salinitas tersebut
diaplikasikan untuk kultivasi benur udang Post-Larvae 25 (PL-25) selama 90 hari
periode kultur pada kepadatan tebar super-intensif 500 ekor/m3. Analisis parameter
kualitas air, biologis udang, dilakukan setiap minggu selama periode kultur. dan
Parameter mikrobiologis untuk menentukan profil komunitas mikroba dilakukan di
awal, tengah dan akhir periode kultur analisis ini dilakukan dengan uji Angka
Lempeng Total (ALT) pada sampel udang dan sampel air kultur, selanjutnya
dilakukan analisis sekuensing 16S rRNA dari isolat yang diperoleh pada sampel
udang dan sampel air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 5 ppt memiliki kinerja
terbaik berdasarkan parameter produktivitas dengan produksi biomassa sebesar
5,6±0,4 kg/m3 diikuti oleh perlakuan salinitas 20 ppt (4,9±0,1 kg/m3) dan perlakuan
salinitas 30 ppt (4,4±0,6 kg/m3) (p<0,05). Kesintasan udang tertinggi sebesar
76,7±12,7% dijumpai pada perlakuan salinitas 30 ppt diikuti perlakuan salinitas 20
ppt (69,3±4,6 %) dan perlakuan salinitas 5 ppt (66,0±4,0 %) (p>0,05). Rasio konversi pakan terendah dijumpai pada perlakuan salinitas 30 ppt sebesar 0,6±0,1
(p<0,05). Berdasarkan parameter kualitas air budidaya, terlihat bahwa seluruh
perlakuan memiliki kisaran konsentrasi NH4
+, NO2
-, dan NO3
- yang optimum
selama periode kultur. Hasil analisis komunitas mikroba menunjukkan bahwa
penggunaan sistem RAS dalam budidaya udang berdampak terhadap kestabilan
profil komunitas bakteri heterotrof pada sampel usus udang (102-104 CFU/mg) dan
sampel air (105-107 CFU/ml) serta bakteri Vibrio pada sampel usus udang (101-103
CFU/mg) dan sampel air (103-105 CFU/ml) pada ketiga perlakuan salinitas.
Berdasarkan hasil analisis kelimpahan mikroba menggunakan analisis sekuensing
16S rRNA pada sampel udang dan sampel air diperoleh enam isolat bakteri predominan
yaitu Ruegeria arenilitoris, Stenotrophomonas maltophilia, Micrococcus
sp., Demequina sediminicola, Pseudoalteromonas spongiae, dan Shewanella algae
yang merupakan bakteri potensial kandidat probiotik. Persentase kelimpahan
bakteri secara umum menunjukkan kelimpahan mikroba yang relatif stabil selama
periode budidaya. Hasil analisis Indeks Diversitas Shannon-Wienner yang
menunjukkan keanekaragaman mikroba tertinggi dijumpai pada pada perlakuan
salinitas 30 ppt. Secara umum kultivasi udang yang dilakukan pada salinitas tinggi
menunjukkan diversitas mikroba yang mengalami peningkatan selama periode
kultur dibandingkan dengan salinitas rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan
indeks dominansi pada salinitas tinggi yang mengalami penurunan. Dapat
disimpulkan bahwa, teknologi RAS dapat digunakan untuk kultivasi udang putih
pada tiga salinitas berbeda dan memberikan kestabilan kualitas air dan profil
komunitas mikroba selama periode kultur. Kultivasi udang pada salinitas rendah
dapat menghasilkan pertumbuhan udang yang lebih tinggi, sedangkan peningkatan
salinitas air kultur dapat meningkatkan diversitas mikroba usus udang yang diduga
berperan dalam peningkatan kesintasan udang melalui peningkatan biokontrol
Vibrio pada kultur udang.