digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Arya Fitra Jaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Arya Fitra Jaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Arya Fitra Jaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Arya Fitra Jaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Arya Fitra Jaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Arya Fitra Jaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Aplikasi penggunaan nanometal besi telah banyak diteliti khususnya pada proses remediasi lingkungan. Selain itu, nanometal besi juga memiliki dampak positif dalam bidang kesehatan maupun sebagai katalis. Sintesis nanometal besi menggunakan metode fisika dan kimia membutuhkan energi dan biaya yang mahal sekaligus menghasilkan zat yang berbahaya bagi linkungan. Alternatif metode lain yang lebih ramah lingkungan yaitu menggunakan agen biologis sebagai reduktor dalam proses sintesis nanometal besi yang biasa disebut dengan biosintesis. Kelebihan metode biosintesis ini selain hemat biaya juga dapat menghasilkan nanometal besi yang stabil melalui agen stabilisasi atau capping agent. Penggunaan tanaman sebagai salah satu agen reduktor dipilih karena ketersediannya di alam yang melimpah dan proses sintesis yang tidak rumit. Pada penelitian ini dilakukan biosintesis nanometal besi menggunakan ekstrak daun ekor kucing (Acalypha hispida), daun kastuba (Euphorbia pulcherrima), daun ungu (Graptopphyllum pictum) dan daun ki congcorang (Quassia amara L.) dengan meninjau beberapa variasi parameter, seperti waktu biosintesis, temperatur, konsentrasi prekursor, dan volume ekstrak. Rangkaian percobaan diawali dengan pembuatan larutan ekstrak tanaman terpilih, kemudian dilanjutkan dengan preparasi larutan prekursor FeCl3.6H2O menggunakan air deionisasi. Proses biosintesis nanometal besi dilakukan dengan mencampurkan larutan prekursor besi dengan ekstrak tanaman. Percobaan pendahuluan terlebih dahulu dilakukan untuk menyeleksi 30 ekstrak tanaman dengan potensi terbesar dalam menghasilkan nanometal besi. 4 ekstrak tanaman terpilih lebih lanjut dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh parameter percobaan yang sudah ditetapkan. Perubahan warna larutan biosintesis mengindikasikan terbentuknya nanometal besi. Karakterisasi dilakukan pada larutan biosintesis menggunakan Eh-pH meter dan UV-Vis. Hasil nanometal besi dan daun tanaman dianalisis menggunakan FTIR. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada skala laboratorium, diperoleh titik optimum dari masing-masing tanaman sebagai berikut: daun ekor kucing 1 menit, 25oC, prekursor 0,33 M, dan ekstrak 5 mL; daun kastuba 6 menit, 25oC, prekursor 0,25 M, dan ekstrak 1 mL; daun ungu 6 menit, 25oC, prekursor 0,29 M, dan ekstrak 7 mL; daun ki congcorang 1 menit, 25oC, prekursor 0,29 M, dan ekstrak 3 mL. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan ekstrak tanaman terbaik dalam mensintesis nanometal besi adalah daun ungu.