digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Muhammad Faiz Rizky
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Faiz Rizky
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Faiz Rizky
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Faiz Rizky
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Faiz Rizky
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Faiz Rizky
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Nanopartikel tembaga adalah material yang dapat berperan sebagai biosida efektif karena memiliki sifat beracun terhadap mikroba tetapi aman terhadap sel hewan dan manusia. Material ini dapat disintesis dengan metode biologis yang relatif tidak rumit, efisien dari segi biaya, dan juga ramah terhadap lingkungan. Salah satu cara sintesis metode biologis adalah dengan memanfaatkan tanaman. Ciplukan (Physalis angulata) adalah tanaman yang mudah diperoleh dan dibudidayakan karena dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun rendah. Daun dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai agen pereduksi dalam proses biosintesis nanopartikel tembaga karena metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Lebih dari 75% kasus korosi pada sumur minyak dan lebih dari 50% kegagalan pipa dan kabel bawah laut disebabkan oleh bakteri penyebab korosi. Nanopartikel tembaga yang dihasilkan dari proses biosintesis diharapkan dapat berperan sebagai biosida terhadap bakteri penyebab korosi serta berpotensi menjadi solusi permasalahan tersebut. Pada penelitian ini digunakan prekursor berupa CuSO4 dan ekstrak daun ciplukan sebagai agen pereduksi dalam proses biosintesis. Parameter konsentrasi prekursor, volume ekstrak, waktu, dan temperatur reaksi divariasikan untuk mengetahui parameter optimum dalam proses biosintesis. Karakterisasi nanopartikel hasil biosintesis dikarakterisasi menggunakan UV-Visual Spectrophotometer (UV-Vis), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX), dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Nano tembaga lalu diuji kemampuan antibakterinya terhadap bakteri gram negatif berupa Escherichia coli dan bakteri gram-positif berupa Staphylococcus saprophyticus dengan variasi konsentrasi nanopartikel tembaga. Uji antibiokorosi dilakukan menggunakan baja API 5L X52 pada media air laut yang mengandung bakteri pereduksi sulfat Citrobacter freundii. Uji elektrokimia menggunakan Potentiostat dilakukan pada hari perendaman ke-0, 5, dan 10 untuk mengetahui pengaruh penambahan nanopartikel tembaga terhadap peristiwa biokorosi yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi optimum adalah 20 mM, volume ekstrak optimum adalah 1 mL, waktu reaksi optimum adalah 30 menit, dan temperatur reaksi optimum adalah 70?. Percobaan yang telah dilakukan juga membuktikan bahwa dengan konsentrasi nanopartikel tembaga yang lebih besar maka kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri juga semakin besar. Nanopartikel tembaga yang dihasilkan juga berfungsi sebagai biosida terhadap bakteri penyebab korosi sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya korosi dan menghambat laju korosi jika korosi telah terinisiasi.