digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kadek Tania Utami Putri
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke perkotaan menyebabkan semakin tingginya produksi volume sampah yang harus dikelola pada area perkotaan. Permasalahan pengelolaan sampah kerap kali menjadi permasalahan perkotaan di Indonesia. Salah satunya di TPA Suwung yang merupakan TPA Regional Sarbagita. Terletak di kawasan strategis pariwisata Bali, permasalahan di TPA Suwung mempengaruhi citra lingkungan dan pariwisata. Revitalisasi telah dilakukan pada tahun 2017 – 2019 dengan salah satu pekerjaan berupa penutupan area timbunan bekas TPA menjadi RTH yang diproyeksikan menjadi ekowisata. Hasil revitalisasi RTH Bukit Suwung hingga tahun 2021 dalam kondisi terlantar dan belum dibuka untuk publik. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya integrasi RTH dengan kawasan sekitar salah satunya sistem pengelolaan sampah aktif yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan, menyebabkan permasalahan bau dan visual. Potensi pengembangan sebagai area wisata kota, dengan tujuan yaitu mendesain kawasan wisata kota berbasis Green Development Concept di bekas TPA Suwung. Metode yang digunakan dalam perancangan adalah Metode Synoptic, diawali dengan pengumpulan data dan pengamatan kondisi eksisting hingga menghasilkan simulasi perancangan. Kawasan perancangan seluas ±82,41 ha dengan pertimbangan tercapainya circular economy dalam kawasan. Kawasan secara umum dikembangkan menjadi tiga fungsi utama yaitu sebagai area ISWM, area Tahura, serta Eco-Town. Ketiga fungsi tersebut saling berkaitan dengan skema pengembangan Urban Ecotourism yang terintegrasi. Fungsi guna lahan yang dikembangkan dalam kawasan yaitu fungsi perdagangan jasa, permukiman, fasilitas social, industri, pengelolaan sampah dan Tahura. Penataan tata ruang kawasan menggunakan konsep lokal Arsitektur Bali. Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan mulai dari proses pemilahan, daur ulang, pengomposan, insinerasi dan TPA Sampah. Seluruh hasil pengelolaan sampah tersebut dapat dimanfaatkan dalam kawasan. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah mendesain RTH Bukit Suwung menjadi Botanical Park dengan pupuk kompos hasil pengolahan sampah dan air penyiraman dari air olahan lindi. Desain Indoor Botanical Park dengan struktur Geodesic Dome dan penggunaan lapisan transparan agar bau tidak sedap tidak mengganggu fungsi publik pada RTH. Pengembangan dilakukan dengan waktu jangka pendek selama lima tahun dan jangka waktu panjang selama 15 tahun. Sehingga Urban Ecotourism yang terintegrasi dapat mensejahterakan dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.