Pembangunan gedung bertingkat tinggi memang menjadi tantangan tersendiri
untuk para perancang gedung, terlebih pada daerah yang rawan terjadi gempa
seperti di Indonesia. Perencanaan gedung pada daerah rawan gempa tergolong sulit.
Terlebih pada gedung bertingkat tinggi yang cenderung memiliki fleksibilitas
tinggi, sehingga detailing bangunan tahan gempa untuk gedung bertingkat tinggi
dapat lebih kompleks. Meskipun telah banyak tipe bangunan dengan berbagai
bentuk gedung bertingkat tinggi yang telah terbangun, perilaku setiap bangunan
dapat berbeda, bergantung pada bentuk denah, tipe gedung, maupun tinggi gedung.
Dalam konteks terhadap ruang kerja teknik sipil khususnya aspek perencanaan,
maka juga perlu diperhatikan beban-beban yang bekerja terhadap struktur gedung.
Jika beban-beban yang mengenai struktur melebihi kapasitas yang dimiliki struktur,
struktur tersebut dapat mengalami kerusakan bahkan keruntuhan. Kegagalan
elemen struktur dapat berpotensi mengakibatkan keruntuhan progresif.
Keruntuhan progresif adalah keruntuhan yang diakibatkan oleh kegagalan elemen
pada sebagian kecil bagian bangunan namun dapat mengakibatkan keruntuhan
total. Karena keruntuhan progresif menjadi sangat berbahaya, maka perlu
diantisipasi agar walaupun terjadi kerusakan pada sebagian elemen bangunan,
gedung tidak akan mengalami keruntuhan total. Hal tersebut menjadi dasar
penelitian ini untuk mengetahui bentuk keruntuhan progresif. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi keruntuhan progresif pada bangunan
bertingkat tinggi. Denah mengacu pada WTC karena sistem framed-tube masih
terbilang jarang untuk bangunan gedung di Indonesia. Dimana dengan tipe
bangunan ini, dapat diketahui bahwa kerusakan elemen eksterior akan berpengaruh
untuk elemen interior, pun sebaliknya.
Model akan didesain menggunakan software ETABS, kemudian akan dilakukan
pengecekan respons struktur yang mengacu pada SNI 1726:2019. Setelah seluruh
pengecekan kriteria desain gempa memenuhi syarat, dilakukan analisis keruntuhan
progresif. Untuk analisis keruntuhan progresif ini, akan terdapat dua skenario.
Skenario pertama, sebagian kolom akan dihilangkan karena dianggap mengalami
kegagalan. Skenario kedua, objek akan dikenai beban transversal yang cukup besar
pada beberapa kolom. Kemudian, analisis yang dilakukan adalah analisis statis
linier dengan perhitungan nilai Bending Moment Ratio, Demand Capacity Ratio dan robustness indicator yang mengacu pada GSA 2003 tentang keruntuhan
progresif. Pada akhir penelitian, diketahui kondisi apa yang menyebabkan potensi
keruntuhan progresif, dengan pola keruntuhan dimulai dengan elemen balok.