digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Syimah Hanifah Ismi Putri
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Antiviral sebagai bahan baku obat berupa padatan dapat ditemukan dalam pseudopolimorfnya yaitu hidrat dan solvat. Pseudopolimorf berpengaruh terhadap sifat fisikokimia antiviral serta dapat mengalami transformasi akibat pelarut maupun proses pengolahan. Tugas akhir ini mengumpulkan artikel mengenai pseudopolimorfi antiviral beserta stabilitas, kelarutan, dan laju disolusi. Hasilnya, beberapa antiviral dilaporkan memiliki hidrat maupun solvat yang dapat mengalami transformasi untuk mencapai bentuk paling stabil, serta memiliki kelarutan dan laju disolusi yang beragam. Selanjutnya dilakukan percobaan pada antiviral lamivudin dan asiklovir. Percobaan bertujuan mengamati pseudopolimorf kedua antiviral dalam berbagai komposisi pelarut dan transformasinya akibat proses termal maupun mekanik. Lamivudin telah dilaporkan sebagai lamivudin anhidrat, 1/5 hidrat, dan hemihidrat. Sedangkan asiklovir dilaporkan sebagai asiklovir 2/3 hidrat, dihidrat, dan dua anhidrat stabil. Lamivudin dan asiklovir masing-masing direkristalisasi dalam berbagai komposisi metanol-air. Bahan awal lamivudin dan asiklovir juga digerus dan dipanaskan pada 100o C. Selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan elektrotermal, DSC, TG/DTA, FTIR, dan PXRD. Pada penelitian ini, bahan awal lamivudin yang digunakan merupakan anhidrat, kemudian rekristalisasi dalam air menghasilkan lamivudin 1/5 hidrat dan rekristalisasi dalam campuran metanol-air menghasilkan lamivudin hemihidrat. Kedua rekristalit lamivudin tersebut berbentuk jarum. Sedangkan bahan awal asiklovir yang digunakan pada penelitian ini merupakan asiklovir 2/3 hidrat, kemudian rekristalisasi dalam metanol menghasilkan kristal berbentuk kotak, dan rekristalisasi dalam air menghasilkan asiklovir dihidrat berbentuk jarum, dengan transisi pembentukan kedua kristal terjadi pada pelarut metanol 40%. Penggerusan pada kedua antiviral tidak memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan pemanasan pada asiklovir menyebabkan transformasi asiklovir 2/3 hidrat menjadi anhidrat bentuk I. Dengan demikian, perlu diperhatikan proses pengolahan asiklovir yang menghasilkan perubahan suhu.