Keberadaan hidrat dalam operasi penyulingan minyak dan gas alam dapat menjadi
penyebab penyumbatan di dalam aliran perpipaan. Hal ini dapat timbul ketika
terdapatnya kandungan air di dalam aliran dengan kondisi operasi yang memenuhi
kurva pembentukan hidrat. Namun untuk dapat mengetahui kurva hidrat, dapat
dilakukan dengan beragam metode mulai dari perhitungan sampai dengan
menggunakan simulator. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui seberapa besar
penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan lebih dari satu metode.
Dilatar belakangi oleh kondisi ini, maka penelitian ini akan dititik beratkan untuk
mendapatkan galat dari data yang dihasilkan dari simulasi bila dibandingan dengan
literatur yang ada. Dalam tesis ini akan menggunakan data gas alam dari berbagai
sumur yang ada di dalam literatur, baik itu sebelum ditambahkan dengan hidrat
inhibitor dan setelah ditambahkan dengan inhibitor. Inhibitor yang dipilih berupa
Metanol (MeOH) dan Mono-Ethylene Glycol (EG).
Pemodelan gas alam yang telah disimulasikan mengandung 26–92% mol CH4, 8–
70% mol CO2, dengan penambahan Metanol (MeOH) dan Mono-Ethylene Glycol
(MEG) sebesar 10-20 %mol pada rentang tekanan 2-12 MPa dan temperatur 267–
288 K. Simulasi dilakukan pada total 10 sampel menggunakan Aspen HYSY V10
dengan fluid package Peng-Robinson. Pada sampel dengan konsentrasi CO2 rendah
deviasi yang terjadi pada rentang tekanan 3,22–13,6% dan pada rentang temperatur
0,11–1,14%. Sedangkan pada konsentrasi CO2 tinggi deviasi tekanan yang terjadi
pada 1,02–24,7% dan temperatur pada rentang 0,07–1,18%. Dari penelitian ini juga
terlihat pergeseran formasi hidrat diakibatkan penambahan hidrat inhibitor hingga
10,5 K untuk MeOH dan 4,35 K untuk MEG.