digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fitri Aryanti Lestari
PUBLIC Ridha Pratama Rusli

Keberadaan hidrat dalam operasi penyulingan minyak dan gas alam dapat menjadi penyebab penyumbatan di dalam aliran perpipaan. Hal ini dapat timbul ketika terdapatnya kandungan air di dalam aliran dengan kondisi operasi yang memenuhi kurva pembentukan hidrat. Namun untuk dapat mengetahui kurva hidrat, dapat dilakukan dengan beragam metode mulai dari perhitungan sampai dengan menggunakan simulator. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan lebih dari satu metode. Dilatar belakangi oleh kondisi ini, maka penelitian ini akan dititik beratkan untuk mendapatkan galat dari data yang dihasilkan dari simulasi bila dibandingan dengan literatur yang ada. Dalam tesis ini akan menggunakan data gas alam dari berbagai sumur yang ada di dalam literatur, baik itu sebelum ditambahkan dengan hidrat inhibitor dan setelah ditambahkan dengan inhibitor. Inhibitor yang dipilih berupa Metanol (MeOH) dan Mono-Ethylene Glycol (EG). Pemodelan gas alam yang telah disimulasikan mengandung 26–92% mol CH4, 8– 70% mol CO2, dengan penambahan Metanol (MeOH) dan Mono-Ethylene Glycol (MEG) sebesar 10-20 %mol pada rentang tekanan 2-12 MPa dan temperatur 267– 288 K. Simulasi dilakukan pada total 10 sampel menggunakan Aspen HYSY V10 dengan fluid package Peng-Robinson. Pada sampel dengan konsentrasi CO2 rendah deviasi yang terjadi pada rentang tekanan 3,22–13,6% dan pada rentang temperatur 0,11–1,14%. Sedangkan pada konsentrasi CO2 tinggi deviasi tekanan yang terjadi pada 1,02–24,7% dan temperatur pada rentang 0,07–1,18%. Dari penelitian ini juga terlihat pergeseran formasi hidrat diakibatkan penambahan hidrat inhibitor hingga 10,5 K untuk MeOH dan 4,35 K untuk MEG.