Lamivudin dan Zidovudin merupakan obat golongan Antiretrovirus (ARV) yang digunakan
untuk pengobatan human immunodeficiency virus (HIV) dan (acquired immunodeficiency
syndrome) AIDS. Lamivudin tergolong kedalam biopharmaceutical classification system
(BCS) kelas III sedangkan zidovudin termasuk ke dalam BCS kelas I, yang artinya kedua bahan
aktif farmasi tersebut memiliki kelarutan yang tinggi. Secara teoritis kedua bahan aktif tersebut
tidak memiliki permasalahan disolusi. Namun Pada PT. A ditemukan kasus produk tablet
kombinasi lamivudin-zidovudin tidak memenuhi persyaratan disolusi. Investigasi awal
menunjukkan bahwa zat aktif tidak memiliki masalah kelarutan dan formula yang digunakan
memberikan waktu hancur yang memenuhi persyaratan. Sehingga kecurigaan mengarah pada
parameter proses yang tidak optimum dan menyebabkan Over-granulation. Parameter proses
yang dioptimasi dalam penelitian ini meliputi kecepatan agitator, jumlah air, dan kekerasan
tablet terhadap karakteristik granul dan produk jadi. Kecepatan agitator dioptimasi pada level
300 dan 400 putaran per menit (PPM), jumlah air pada level 200 dan 240 mL, dan kekerasan
tablet pada 70 dan 120 N. Karakteristik granul yang diuji yaitu Carr’s index, Hausner ratio,
sudut istirahat, dan distribusi ukuran partikel. Karakteristik produk akhir yang diuji meliputi
waktu hancur, disolusi, dan disolusi terbanding. Data diuji normalitas dengan uji Shapiro Wilk
kemudian dilakukan analisis desain faktorial dengan melihat p-value dari analisis variansi
(ANOVA) menggunakan aplikasi Minitab versi 20. Kecepatan agitator, jumlah air, dan
kekerasan tablet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disolusi produk, dengan
parameter yang optimum pada pembuatan tablet kombinasi lamivudin-zidovudin secara
granulasi basah adalah dengan kecepatan agitator 300 PPM, jumlah air 200 ml, dan kekerasan
tablet 70N.