digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Electric Indonesia (PT EI), sebuah badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan, telah bersepakat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT. Minyak Indonesia (PT MI) sebagai penyedia tenaga listrik dan uap yang available dan reliable. Pada akhir konsesinya, PT. Crude Oil Indonesia (PT COI) memiliki total beban terpasang ± 370MW yang terdiri dari sumur produksi, stasiun pengumpul, stasiun uap, instalasi pengolahan air, kawasan industri dan pemukiman. Menjelang serah terima PT COI kepada PT MI dimulai, perjanjian jual beli listrik (PPA) unit pembangkit listrik 3x100 Megawatt dari pembangkit listrik swasta (IPP) yang melayani 76% beban existing akan berakhir. PT MI sebagai operator baru dari blok Giant Oil perlu memastikan pasokan listrik untuk target produksi Minyak harian 300.000 barel (perkiraan 520MW). Penelitian ini berfokus pada penentuan opsi pasokan listrik terbaik di blok Giant Oil. Dalam hal ini, kinerja PT MI dalam mencapai target produksi akan sangat bergantung pada kemampuan dan keandalan pasokan listrik yang akan disediakan PT EI untuk 20 tahun mendatang. Dengan keterlibatan pakar untuk memberikan penilaian yang merepresentasikan konsolidasi pengalaman, intuisi, dan data, penelitian ini mengusulkan solusi kombinasi terbaik penyediaan tenaga listrik pada periode transisi dan permanen melalui metode multiple-criteria decision making: Analytic Hierarchy Process (AHP). Solusi tenaga listrik dalam konteks pengambilan keputusan saat alih kelola dapat dilihat sebagai multiple-criteria yang mengkorelasikan antara kriteria dan alternatif. Hal ini harus mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bertentangan karena semakin kompleksnya teknologi, peningkatan kualitas daya, dan faktor ekonomi. Dalam studi ini, berdasarkan tinjauan pustaka, kami mengadopsi kriteria evaluasi yang paling sering digunakan dalam studi MCDM tentang masalah energi. Dua (2) kriteria dan enam (6) sub-kriteria ditentukan untuk memilih solusi alternatif terbaik penyediaan tenaga listrik dalam konteks serah terima. Aspek finansial dan teknis sebagai kriteria utama. Setelah itu, Kami mengevaluasi CAPEX, OPEX, keandalan, pengoperasian, peningkatan kualitas daya, dan aspek kemampuan konstruksi sebagai sub-kriteria. Hasil perhitungan AHP menunjukkan kriteria finansial (0,762) merupakan kontributor utama bobot keseluruhan dan sub-kriteria dengan prioritas global tertinggi adalah CAPEX (0,48), OPEX (0,28), dan Constructability (0,08). Penciptaan solusi alternatif yang kreatif untuk memastikan pasokan listrik yang cukup sangat penting. Terdapat 2 (dua) teknologi yang belum pernah ada sebelumnya yang diteliti dalam penelitian ini, pertama adalah penggunaan mobile trailer aero-derivative gas turbine, dan yang kedua adalah penggunaan konverter frekuensi. Kami mengamati beberapa kombinasi yaitu (1) memperpanjang PPA dengan IPP dan pengadaan turbin gas 4x100 Megawatt baru, (2) memperpanjang PPA dengan IPP dan pengadaan konverter frekuensi 400 MW-50/60Hz baru dengan tambahan paket boiler, (3) Akuisisi IPP dan pengadaan turbin gas aero-derivative 100 MW baru, dan (4) Akuisisi IPP dan pengadaan konverter frekuensi 100 MW-50/60Hz baru. Berdasarkan tanggapan terhadap AHP yang melibatkan para ahli dari perencanaan sistem, perencanaan operasi, konstruksi, dan perencanaan bisnis untuk mengkaji empat alternatif kombinasi pasokan listrik. Akuisisi IPP dan pengadaan konverter frekuensi 100 MW-50/60Hz baru adalah pilihan terbaik dengan hasil 31,5%.