digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan radioiodin yaitu I-131 sebagai salah satu penanganan kanker tiroid dalam bentuk terapi sudah banyak digunakan sejak lama. Penggunaan radioiodin yang dimasukkan ke dalam tubuh menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan dan keefektifan terapi. Terlebih karena pasien yang melakukan terapi radioiodin akan diisolasi di rumah sakit dalam kurun waktu tertentu yang berbeda-beda setiap pasiennya tergantung laju paparan tubuhnya yang terukur, sehingga petugas kesehatan umumnya akan menganjurkan untuk melakukan banyak aktivitas yang dapat meningkatkan proses metabolisme tubuh pasien. Oleh karenanya, pada tesis ini dibahas terkait keamanan dan keefektifan terapi serta pengaruh metabolisme tubuh terhadap penurunan laju paparan tubuh pasien. Penelitian dilakukan dengan menghitung dosis serap terlebih dahulu dengan mengukur laju paparan tubuh dan urine pasien dari jarak 1 m di 2, 14, 24 dan 38 jam setelah pemberian radioiodin. Laju paparan tubuh tersebut digunakan untuk menghitung dosis serap menggunakan skema MIRD, persentase uptake tiroid yang menunjukkan kemampuan tiroid menyerap radioiodin dan laju penyerapan dosis di dalam tubuh serta perhitungan BED dan SF dari terapi yang menunjukkan keamanan dan keefektifan terapi. Selain itu memastikan lebih lanjut terkait pengaruh metabolisme tubuh, dilakukan perhitungan persentase washing out dari laju paparan urin dan perhitungan aktivitas urin. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa persentase uptake tiroid adalah sekitar 8,4-8,7% yang berada dalam rentang persentase uptake umum yaitu 5-10% menunjukkan bahwa metode yang diterapkan dapat menggambarkan penyerapan dosis radioiodin dengan cukup baik. Sementara itu dengan laju penyerapan dosis di tiroid adalah sebesar 0,0054 rad/jam yang menunjukkan bahwa penyerapan dosis terbanyak berada di tiroid dan sesuai dengan target dalam terapi sehingga dapat menepis keraguan pasien terkait terapi ini. Dari nilai persentase washing out diketahui bahwa terdapat perbedaan antara pasien laki-laki dan perempuan dimana pasien laki-laki memiliki nilai persentase lebih tinggi yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metabolisme tubuh dalam penyerapan dosis dan penurunan laju paparan tubuh. Kemudian dari nilai BED dan SF yang didapatkan dalam penelitian ini, yaitu untuk BED rata-rata sekitar 1,15 Gy dan SF rata-rata sekitar 0,49, menunjukkan bahwa terapi memberikan hasil yang cukup baik dalam mengablasi kanker tiroid, namun jika diperhatikan kedua nilai tersebut masih dibawah nilai batas yaitu untuk SF adalah 0,5 sehingga disarankan kepada pasien untuk melakukan treatment tambahan dalam rentang waktu tertentu yang diatur sesuai dengan persyaratan besar dosis yang diterima dalam setahun agar jaringan kanker terablasi sempurna. Pernyataan tersebut juga didukung dari pengamatan dokter terhadap hasil CT dari pasien yang memang menyarankan sebagian besar pasien untuk mendapatkan treatment tambahan. Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan metode yang diterapkan, aspek keamanan dan keefektifan terapi dapat ditentukan dengan cara yang mudah dan cepat serta dapat menunjukkan hubungan proses metabolisme tubuh dengan penurunan laju paparan tubuh.