digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andreas Yordan Tarigan
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pada tahun 2018 aktivitas Gunung Api Anak Krakatau telah menyebabkan terjadinya longsoran bawah laut yang memicu tsunami di pesisir pantai wilayah Kalianda. Gelombang tsunami ini kemudian mengendapkan sedimen di Pantai Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Berkaitan dengan kejadian tsunami ini, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan karakteristik endapan tsunami akibat runtuhnya dinding Gunung Api Anak Krakatau di daerah pesisir pantai Kalianda berdasarkan analisis deskriptif lapangan, analisis besar butir, dan analisis mikrofaunal. Adapun tujuan jangka panjang dari hasil penelitian ini adalah untuk membantu studi-studi endapan paleotsunami yang akhirnya diharapkan dapat memprediksi periode kejadian tsunami. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, diambil 26 sampel dari 7 titik lokasi sepanjang pantai wilayah Kalianda. Analisis deskriptif lapangan digunakan untuk menentukan ciri megaskopis endapan tsunami Kalianda. Analisis besar butir digunakan untuk menentukan karakteristik besar butir endapan tsunami Kalianda. Analisis mikrofaunal digunakan untuk menentukan asal sedimen pada tsunami Kalianda. Sampel endapan tsunami Kalianda umumnya memiliki ciri megaskopis yang sama yaitu berwarna terang, memiliki ukuran butir pasir halus–pasir kasar, sortasi buruk, memiliki fragmen berupa pecahan cangkang dan koral, dan kontak erosional dengan lapisan di bawahnya. Endapan tsunami Kalianda umumnya juga dicirikan dengan distribusi ukuran butir yang terdiri dari dua modus atau lebih. Berdasarkan analisis mikrofaunal endapan tsunami Kalianda juga dicirikan dengan adanya percampuran sedimen dari asal kedalaman yang berbeda. Pada analisis mikrofaunal juga ditemukan foraminifera dalam keadaan utuh maupun rusak. Hasil analisis endapan tsunami Kalianda kemudian dibandingkan dengan endapan tsunami yang diakibatkan oleh gempa dan endapan badai. Endapan tsunami Kalianda menunjukkan karakter yang serupa dengan endapan tsunami akibat gempa Aceh 2004 dan gempa Pangandaran 2006. Berbeda dengan endapan badai pada umumnya, endapan tsunami Kalianda tahun 2018 memiliki ketebalan endapan di bawah 30 cm, laminasi hanya sedikit, tidak ditemukan rip-up clast, dan tidak ditemukan asosiasi dengan fitur lain.