Selama lebih dari 90 tahun, PT. Energy Alam Mayang telah menjadi produsen energi terkemuka di Indonesia. Perusahaan berupaya untuk membuka potensi energi Indonesia melalui inovasi, menyediakan minyak baru dari ladang minyak. Seperti yang biasa terjadi pada industri migas, selain minyak yang dihasilkan, Perusahaan juga menghasilkan limbah padat B3 dari operasinya. Limbah padat berbahaya yang dihasilkan dari tanah yang terkontaminasi. Untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan, Perusahaan melakukan pemanfaatan limbah B3 menjadi bata merah. Proyek ini mengolah ribuan ton limbah B3 yang diolah menjadi produk bata merah. Pelaksanaan proyek pemanfaatan bata merah dikelola oleh Perusahaan dan didukung oleh kontraktor. Sebagai bagian dari pengendalian proses, Perusahaan memiliki Sistim Manajemen Kinerja (SMK) untuk mengukur kinerja organisasi Perusahaan dan kontraktor yang menangani proyek ini.
Ukuran kinerja saat ini diterapkan pada proyek perusahaan yang dirancang berdasarkan fungsional. Ukuran kinerja tersebut adalah kinerja layanan kontrak, Kinerja Keselamatan, Kesehatan, & Lingkungan (K3L) dan Audit Kualitas. Setiap penilaian ukuran kinerja dilakukan oleh organisasi yang berbeda dan alat penilaian yang berbeda. Jadwal penilaian juga memiliki waktu yang berbeda. Ukuran kinerja saat ini diduga kurang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja proyek.
Penilaian sistematis dilakukan terhadap pengukuran kinerja saat ini dengan menggunakan Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi (IPMS) untuk mengidentifikasi variabel kinerja yang efektif pada pengukuran kinerja. Kerangka IPMS digunakan untuk menentukan jumlah variabel kinerja yang mendukung output proyek. Validasi variabel kinerja yang dipilih diuji oleh teori deteksi sinyal untuk mengidentifikasi pemilihan yang benar, kesenjangan, penolakan yang benar, dan alarm palsu.
Ada 12 variabel kinerja yang diidentifikasi. 10 dari 12 ukuran variabel kinerja diidentifikasi sebagai variabel kinerja yang benar, 1 variabel kinerja diidentifikasi sebagai kesenjangan, dan 2 variabel kinerja diidentifikasi sebagai penolakan yang benar. Sepuluh variabel kinerja yang benar didefinisikan sebagai variabel penting untuk perbaikan proyek pada jangka panjang dan dalam sistim pengukuran kinerja saat ini variabel tersebut efektif untuk peningkatan kinerja. Variabel kinerja yang dipilih diberi bobot untuk sistem penilaian berdasarkan statistik umpan balik dari responden.
Berdasarkan penilaian perbandingan sepuluh aspek, ukuran kinerja proyek yang diusulkan memberikan manfaat lebih bagi Perusahaan dibandingkan dengan sistim pengukuran kinerja saat ini. Manfaat yang diperoleh dengan memiliki alat ukur kinerja yang lebih baik yang merangsang peningkatan kinerja proyek yang selaras dengan tujuan output proyek.
Rencana implementasi pengukuran kinerja proyek dijadwalkan selama 4 bulan dengan perkiraan anggaran sebesar Rp259 juta. Strategi implementasi dikembangkan untuk mengelola risiko dari implementasi. Strategi implementasi mengidentifikasi pencapaian penting, kendala dan mitigasi.
Kriteria keberhasilan sistim pengukuran kinerja proyek dinilai dengan tepat sasaran, validitas, reliabilitas, spesifisitas, dan akseptabilitas.