Sebagai mobility start-up yang menawarkan konsep dan implementasi sistem berbagi
sepeda sebagai produk utama, PT Banopolis Inovasi Kendara (BIK) percaya bahwa bikesharing
dapat menjadi solusi untuk masalah kemacetan di daerah perkotaan. Setelah
sebelumnya focus pada produk B2B, saat ini Banopolis akan meluncurkan Getbike,
sistem bike-sharing yang terintegrasi dan dapat digunakan untuk last-mile journey yang
sesuai dengan konsep seamless mobility. Namun, saat ini kondisi pasar hanya melihat
bike-sharing sebagai fasilitas untuk turis daripada transportasi sehari-hari. Oleh karena
itu, terdapat kontradiksi antara rencana Banopolis dan kondisi pasar saat ini.
Untuk merumuskan strategi bauran pemasaran terbaik untuk setiap target pasar Getbike,
penelitian dilakukan sehingga didaptkan pemahaman mengenai consumer perceived
convenience, perceived value, dan usage intention. Dimulai dengan melakukan analisis
internal yang melingkupi VRIO dan strategi bauran pemasaran, kemudian analisis
eksternal yang melingkupi PESTLE dan competitor analis, penelitian dilanjutkan dengan
analisis konsumen. Melalui survey pelanggan, didapatkan data untuk consumer
perceived convenience, perceived value, dan usage intention.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab dari permasalahan bisnis adalah
rendahnya eksposur produk dan kesadaran konsumen, budaya dan kebiasaan masyarakat
Indonesia yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, tidak spesifiknya strategi
pemasaran, dan adanya masalah dengan penerimaan terhadap produk yang ditawarkan.
Dengan begitu, solusi yang diusulkan adalah Banopolis perlu melakukan perubahan
perilaku menggunakan The Transtheoretical Model (TTM). Lebih jauh lagi, Banopolis
dapat mengimplementasikan bauran pemasaran yang berbeda untuk setiap target pasar.