COVER Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Raihan Irsyad Wijanto
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia terletak di Segitiga Terumbu Karang Asia Tenggara (South-East Asia
Coral Triangel). Segitiga Terumbu Karang Asia Tenggara merupakan kawasan subur
dimana terumbu karang tumbuh dengan baik. Namun, dampak aktivitas manusia
(antropogenik) dapat menyebabkan penurunan kualitas air laut yang menjadi perhatian dunia
karena berdampak pada kehidupan laut dan ekosistem di dalamnya. Karang merupakan salah
satu alternatif analisis geokronologi yang dapat melihat kronologi (sejarah) konsentrasi
logam berat setiap tahunnya. Perairan Kepulauan Seribu merupakan kawasan dengan
keanekaragaman hayati laut yang tinggi, tetapi karena pengaruh antropogenik seperti
aktivitas kapal dan pariwisata yang menjadi potensi ancaman terumbu karang. Dalam kajian
ini terumbu karang di kedua pulau yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Pari diteliti untuk
menunjukkan analisis geokronologi selama 36 tahun (1983-2018) dan menunjukkan
kronologi konsentrasi logam. Studi ini menunjukkan bahwa asosiasi logam yang terbentuk
di perairan Kepulauan Seribu dapat menjelaskan pengelompokan logam (antropogenik atau
konservatif). Hasil penelitian menunjukkan asosiasi logam di Pulau Pari, logam besi (Fe)
dan aluminium (Al) berada dalam satu kelompok, sedangkan logam tembaga (Cu) dan seng
(Zn) berasal dari kelompok yang sama yang tergolong logam antropogenik. Hasil penelitian
menunjukkan asosiasi logam di Pulau Pramuka, logam besi (Fe) berdiri sendiri, sedangkan
logam aluminium (Al), tembaga (Cu), dan seng (Zn) berasal dari kelompok yang sama yang
tergolong logam antropogenik. Nilai EF (Enrichment Factor) menunjukkan adanya
pengayaan logam sebagai salah satu indikator pencemaran air di daerah tersebut. Nilai faktor
pengayaan ini menunjukkan bahwa logam Cu pada kedua sampel (Pulau Pari dan Pulau
Pramuka) memiliki pengayaan yang cukup (cukup terkontaminasi) dengan nilai rata-rata
EF=5,84 di Pulau Pari dan EF=6,46 di Pulau Pramuka. Secara keseluruhan, Zn tidak
menunjukkan adanya pengayaan (tidak terkontaminasi) dengan rata-rata EF=1,46 untuk
Pulau Pari dan rata-rata EF=1,07 untuk Pulau Pramuka. Dengan hasil pengayaan yang
cukup, nilai EF Cu di Pulau Pramuka lebih besar dari pada EF Cu di Pulau Pari yang lebih
dekat ke daratan (Jakarta). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pulau Pari dan Pulau
Pramuka tercemar logam Cu yang berasal dari kontaminan perairan setempat dan tidak
dipengaruhi secara dominan yang berasal dari daratan Jakarta. Pola aliran musiman
menegaskan hal ini dimana musim peralihan 1, 2 dan musim timur menunjukkan arah arus
ke barat daya. Sebaliknya, hanya satu bulan di musim barat, arus laut menunjukkan arah
timur laut. Pola aliran musiman ini tidak berperan dalam membawa partikel dari daratan
(Jakarta) ke Pulau Pari dan Pulau Pramuka.