Kejahatan terorisme selalu mengunakan bahan peledak untuk melakukan teror
dengan jumlah korban yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Terorisme
menjadi ancaman bagi semua pihak, maka diperlukan usaha untuk mengurangi
dampak negatif dari ledakan bom. Penggunaan protective structure bisa diterapkan
pada kontruksi gedung maupun kendaraan. Material komposit menjadi salah satu
protective structure yang dapat dipergunakan untuk mengurangi dampak ledakan.
Komposit yang digunakan pada umumnya komposit gelas dan karbon. Perilaku
pelat komposit di bawah beban ledakan yang mengakibatkan gelombang ledak
maupun kombinasi gelombang ledak dan fragmen sangat diperlukan untuk
dipelajari karakteristik kerusakan.
Kegiatan uji coba dengan menggunakan bahan peledak TNT dan TNT bercangkang
(Granat GT-50) dapat mewakili sumber ledakan yang biasa digunakan dalam
peperangan maupun teror. Standar untuk mengetahui kekuatan material komposit
berasal dari STANAG level 1 dengan katagori sesuai EN1063. Pelat komposit serat
gelas diproduksi menggunakan teknik vakum hand layup dan dipanaskan dalam
oven. Pelat komposit serat karbon merupakan material yang digunakan dalam
program pengembangan pesawat tempur diproduksi dengan sistem pepreg di PT
DI. Luasan material komposit bahan uji ukuran 25 mm x 25 mm merupakan luasan
optimal guna menerima beban ledakan TNT dengan massa berbeda, 60 gram, 80
gram dan 100 gram dan jarak stand-off bervariasi, mulai dari 300 mm hingga 1000
mm. Pin pad diletakkan di bawah pelat untuk merekam defleksi maksimum
komposit selama ledakan TNT maupun granat. Simulasi LS-DYNA digunakan
untuk analisis numerik dengan memodelkan pelat komposit sebagai elemen shell
menggunakan MAT54 dan kriteria kegagalan Chang-Chang. Bahan peledak TNT
dimodelkan dalam dua cara yang berbeda. Simulasi pertama, dimodelkan
menggunakan CONWEP dan kedua dimodelkan menggunakan Smooth particle
hydrodynamic (SPH). Granat hanya dimodelkan menggunakan SPH.
Gelombang ledak TNT akan mengakibatkan defleksi pada pelat komposit,
sedangkan granat tangan akan menghasilkan gelombang ledak dan fragmen yang
akan mengakibatkan kerusakan kepada pelat komposit secara analisis numerik
Model SPH memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode
CONWEP. Hasil SPH berada di kisaran 10% dibandingkan dengan data hasil uji coba, sedangkan hasil CONWEP berada di kisaran 30%. Tiga jenis kerusakan
akibat ledakan granat adalah rusak tembus, rusak proyektil terjebak dan rusak luka.
Ketahanan dari 25 lapis (8 mm) pada komposit serat karbon, sebanding dengan
komposit serat gelas minimal 50 lapis (10 mm). Dengan hubungan linier ini,
perancang dapat dengan mudah menentukan jumlah lapis yang sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan (STANAG Level 1). sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pembuatan pelat komposit yang akan digunakan sebagai protective
structure.
Hasil Penelitian ini berdampak besar dalam industri militer dan industri penyedia
material komposit karena hasil penelitian dapat digunakan untuk merancang pelat
komposit serat gelas maupun serat karbon apabila akan digunakan sebagai material
pelindung ledakan. Industri material komposit dapat menggunakan hasil
perhitungan numerik tanpa harus melakukan uji coba pada setiap desain yang akan
digunakan.