digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Erfanus Jane
PUBLIC Open In Flipbook Irwan Sofiyan

Fenomena mayat terlantar dan kasus kematian seseorang sering terjadi akhir-akhir ini. Kematian dan lokasi ditemukannya mayat pun bermacam-macam dengan kondisi lingkungan yang beragam . Faktor-faktor lingkungan sangat penting untuk dipahami dari setiap adegan kematian seperti suhu dan kelembapan, karena akan mempengaruhi laju pertumbuhan spesies serangga pada bangkai. Entomologi forensik dapat digunakan sebagai metode untuk menyelesaikan masalah tersebut.Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi serangga apa saja yang dapat ditemukan, pola suksesi serangga yang terbentuk, dan pengaruh perbedan habitat terhadap laju dekomposisi serangga pada bangkai kelinci yang terdekomposisi tiga lokasi dengan perbedaan habitat dengan vegetasi yang berbeda yakni hutan pinus, hutan campuran, dan semak belukar di Gunung Geulis. Serangga yang teridentifikasi di hutan campuran adalah Diptera , Hymenoptera, Coleoptera, Blattodea, dan Aranae. Serangga yang teridentifikasi di hutan pinus adalah Diptera , Hymenoptera, Coleoptera. Serangga yang teridentifikasi di semak belukar adalah Diptera , Hymenoptera, Coleoptera , dan Lepidoptera. Pola suksesi di lokasi hutan campuran dan semak belukar diawali dengan invasi spesies Diptera dari famili Calliphoridae pada tahap fresh sampai advanced decay dan Ordo Coleoptera datang pada tahap active decay sampai advanced decay. Pola suksesi di lokasi hutan pinus diawali dengan invasi spesies Diptera dari famili Calliphoridae pada tahap fresh sampai skeletonisasi dan Ordo Coleoptera datang pada tahap active decay sampai advanced decay. Perbedaan habitat memberikan pengaruh terhadap parameter mikroklimat sehingga laju dekomposisi di hutan pinus melambat. Perbedaan habitat memberikan preferensi kedatangan serangga terhadap bangkai di hutan campuran, hutan pinus dan semak belukar.