digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Fadhil Athalla
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk, sebagai bagian dari kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, merupakan kawasan pelestarian alam yang juga dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam. Kawasan ini merupakan lahan basah yang didominasi vegetasi mangrove, terutama genus Rhizophora dan Avicennia. Dari sejarahnya, kawasan ini pernah dijadikan tambak udang. Mengetahui sejarah dan kondisinya saat ini, dapat diperkirakan bahwa suatu sistem tambak silvofishery dapat dikembangkan pada kawasan ini untuk meningkatkan nilai gunanya secara ekonomis maupun ekologis. Ekosistem mangrove sering dijadikan basis untuk sistem pengelolaan tambak silvofishery karena ketahanan tumbuhan mangrove terhadap air asin serta peranannya dalam proses siklus nutrien. Nutrien dijatuhkan dalam bentuk serasah yang kemudian menjadi pakan biota di bawahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung produksi serasah dan laju dekomposisi serasah sebagai asupan nutrien dalam sistem tambak silvofishery yang akan dirancang pada kawasan TWA Mangrove Angke Kapuk. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2018. Data produksi serasah diambil dari serasah yang jatuh ke dalam litter trap berukuran 50×50 cm2 pada tiga tapak yang berbeda, sedangkan data laju dekomposisi serasah diambil menggunakan kantung serasah (ukuran mesh 5 mm) dengan memasukkan 5 gram serasah daun segar yang kemudian diletakkan di lantai hutan selama 10 minggu. Pengambilan sampel serasah dilakukan setiap dua minggu sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi serasah pada kawasan tersebut adalah sebesar 24,88 ton ha-1 tahun-1. Tumbuhan Rhizophora memberikan kontribusi sebanyak 12,46 ton ha-1 tahun-1 serasah sedangkan genus Avicennia sebanyak 10,73 ton ha-1 tahun-1. Laju dekomposisi serasah selama 10 minggu pengamatan adalah sebesar 0,14 gram per hari untuk genus Rhizophora dan 0,12 gram per hari untuk genus Avicennia.