Sebuah studi komprehensif oleh McKinsey pada tahun 1997 menciptakan istilah
"The War for Talent". Ini mengacu pada tantangan perusahaan atau organisasi,
mendorong mereka untuk melakukan pendekatan untuk manajemen yang
mencakup perekrutan, retensi, dan pertumbuhan karyawan. Seiring dengan semakin
kuatnya peran teknologi di berbagai bidang bisnis, menurut LinkedIn pada 2018,
mereka menemukan bahwa industri teknologi memiliki angka perpindahan
karyawan tertinggi dibandingkan industri mana pun. Perusahaan teknologi
memiliki angka paling banyak pada tahun 2017 dengan angka 13,2%. Generasi
angkatan kerja yang dominan di pasar tenaga kerja saat ini adalah generasi milenial
dan generasi Z. Sementara itu, mereka sering kali ingin berganti pekerjaan dan
mencari banyak pengalaman baru, hal ini memicu munculnya masalah perputaran
dan retensi karyawan perusahaan. Penggunaan Schwartz Value sebagai literatur
dalam penelitian ini untuk menganalisis nilai-nilai pribadi dan nilai kerja para
milenial dan generasi Z, untuk mengetahui apa preferensi nilai mereka dalam hidup
dan dalam hal pekerjaan. Hasilnya mereka tinggi dalam keamanan, fokus pada diri
sendiri, konformitas, universalisme, dan hedonisme. Generasi tersebut mencari
peluang baru dengan gaji dan tunjangan yang lebih baik, bahkan mereka mencari
lingkungan kerja yang lebih baik di perusahaan lain. Dalam penelitian ini penulis
akan menggunakan salah satu perusahaan teknologi di Indonesia sebagai studi
kasus, disebut sebagai Perusahaan X. Berdasarkan analisis penyebab, Perusahaan
X ini tidak memberikan nilai-nilai mereka sehingga menyebabkan karyawan keluar
dari perusahaan. MARS Model menjadi kerangka konseptual yang digunakan
model dasar dari perilaku individu dan hasil-hasilnya yang dapat membentuk
perilaku individu. Nilai merupakan karakteristik individu yang mendorong motivasi
dan perilaku yang berdampak pada keluarnya karyawan, sedangkan terdapat peran
dari dukungan organisasi yang menjadi fokus utama dalam tesis ini. Berdasarkan
hasil analisis akar permasalahan, Perusahaan X perlu menyesuaikan budaya dan
strateginya agar dapat memberikan nilai dan kebutuhan karyawannya, dengan
menggunakan Kerangka Ethical Climate.