Gunung Agung merupakan salah satu dari 127 gunungapi aktif di Indonesia dan
berada pada zona vulkanik busur Sunda yang membentang dari Sumatra hingga Nusa
Tenggara. Sejak tahun 1800 tercatat 4 kali erupsi terjadi pada Gunung Agung, erupsi
terbesar terjadi pada tahun 1963 dengan lebih dari 1000 korban jiwa. Setelah 54 tahun
dari erupsi terakhir, Gunung Agung kembali menunjukan aktivitasnya pada bulan
November 2017. Studi mengenai struktur bawah permukaan Gunung Agung menjadi
sangat penting dilakukan dalam upaya menggali informasi dan gambaran mengenai
keberadaan materi panas dibawah permukaan Gunung Agung yang dapat
mengindikasikan keberadaan dapur magma. Penelitian kali ini menggunakan metoda
tomografi atenuasi dimana atenuasi sensitif terhadap saturasi fluida dan temperatur.
Studi tomografi atenuasi ini menggunakan data rekaman 35 stasiun lokal Gunung
Agung-Batur pada periode Desember 2018 hingga September 2019 dan diperoleh 357
event gempa lokal. Input inversi tomografi atenuasi menggunakan operator atenuasi
(t*) yang didapatkan dengan menggunakan metoda spectral fitting, sedangkan model
kecepatan awal didapatkan dari penelitian sebelumnya. Pengolahan spectral fitting
menghasilkan 1791 fase P dengan rata-rata t*P 0.03967. Inversi dilakukan
mengggunakan Simul2000. Hasil inversi menunjukan pola atenuasi tinggi (Low Qp)
dibawah permukaan Gunung Agung, yaitu pada irisan vertical C-C’ arah utara-selatan
yang menunjukan anomali atenuasi tinggi pada 2 zona kedalaman yaitu ~0-7 km yang
diintepretasi sebagai zona hot material reservoir dangkal dan pada kedalaman ~18-22
km yang diintepretasi sebagai zona hot material reservoir dalam. Pola atenuasi tinggi
juga terlihat pada kedalaman dangkal antara Gunung Agung dan Gunung Batur yang
ditunjukan oleh irisan vertikal A-A’ berarah barat laut-tenggara