digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Saat ini, posisi Lembaga Swadaya Masyarakat di Kewirausahaan Sosial berbasis NonPasar di Indonesia hanya mencapai kurang dari dua persen. Dalam kondisi ini Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar kesulitan untuk mendapatkan model bisnis yang tepat sejak mereka merubah sebagian bisnis model ke model kewirausahan sosial. Dengan mengembangkan Social Project Development, Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar ingin mengurangi ketergantungan terhadap donatur dan kekhawatiran akan keberlanjutan aktivitas sosial mereka. Oleh karena itu, posisi Social Project Development perlu untuk dievaluasi agar sesuai dengan kondisi Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Berdasarkan analisis, kerangka berpikir didasarkan pada model bisnis kewirausahaan sosial untuk Lembaga Swadaya Masyarakat atau model bisnis Hibrida untuk Lembaga Swadaya Masyarakat. Bisnis model ini terdiri dari enam kriteria: misi sosial, nilai sosial, keuangan, sumber daya, organisasi dan pasar. Hasil penelitian menunjukkan posisi Social Project Development yang belum pernah diluncurkan secara formal menciptakan efek domino seperti: produk/layanan yang kurang jelas, target pasar kurang jelas, skema pemasaran yang bercampur, dan model bisnis yang bercampur. Solusi untuk Social Project Development didasarkan pada kerangka kerja model bisnis yaitu value creation, value proposition dan value creation. Setelah itu, Social Project Development membuat inovasi menggunakan Inovasi Model Bisnis yaitu two-side value sebelum diimplementasikan kembali ke model bisnis Hibrida untuk Lembaga Swadaya Masyarakat. Inovasi ini memerlukan rencana implementasi selama empat tahun dengan dibagi menjadi empat fase: perencanaan, pra-peluncuran produk dan layanan, operasi dan implementasi.