ABSTRAK Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana COVER Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Wiwiet Yuniati
PUBLIC yana mulyana
Senyawa golongan formaldehyde releaser seperti diazolidinyl urea dan
imidazolidinyl urea adalah pengawet yang paling banyak digunakan dalam
kosmetik. Meskipun komponen ini biasa digunakan dalam produk kosmetik
pembersih dan perawatan kulit, tetapi senyawa ini dapat menimbulkan alergi
(alergen). Pada tahun 2006 The International Agency for Research on Cancer
(IARC) mengklasifikasikan senyawa ini ke dalam grup I sebagai karsinogen
terhadap manusia berdasarkan bukti bahwa formaldehid menyebabkan kanker
nasofaring dan leukemia myeloid. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan kualitas kosmetik, khususnya yang menggunakan
formaldehyde releaser, diperlukan pengujian terhadap kosmetik yang sudah
diedarkan menggunakan metode analisis terkini yang sensitif dan tervalidasi yang
mampu mengidentifikasi dan menetapkan secara kuantitatif kadar formaldehid
yang dilepaskan dari pengawet yang digunakan dalam krim kosmetik.
Metode standar untuk menganalisis kadar formaldehid yang dilepaskan dari
pengawet dalam produk krim kosmetik sudah tersedia, namun modifikasi lebih
lanjut diperlukan untuk memperbarui kemajuan teknologi dan regulasi. Modifikasi
metode analisis menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC MS)
dan Gas Chromatography Flame Ionization Detector (GC FID) telah
dikembangkan dan divalidasi untuk menentukan kadar formaldehid yang
dilepaskan dari pengawet golongan formaldehyde releaser dalam krim kosmetik.
Metode analisis dilakukan dengan teknik derivatisasi menggunakan asam
paratoluensulfonat dalam etanol. Senyawa formaldehid dalam sampel dan etanol
dengan asam paratoluensulfonat sebagai katalis direaksikan menghasilkan
senyawa diethoxymethan dengan massa ion m/z 31,0; 59,0 dan 103,0.
Pengembangan metode analisis ini menggunakan optimasi metode OFAT (One
Factor at a Time) terhadap variabel-variabel sebagai berikut : teknik elusi dan laju
alir fase gerak; jenis kolom sebagai fase diam; konsentrasi larutan asam
paratoluensulfonat dalam etanol (acidified ethanol) yang digunakan; serta suhu dan
waktu inkubasi yang menghasilkan respon puncak yang optimal dan memenuhi
syarat keberterimaan.
Hasil optimasi pada teknik elusi dan laju alir memberikan respon puncak optimal
dengan program suhu awal 34 o
C selama 15 menit, dilanjutkan dengan kenaikan
40
o
C/menit sampai mencapai suhu 220
o
C dan ditahan selama 5 menit. Laju alir
dibuat tetap pada 0,8 mL/menit. Optimasi jenis kolom (fase diam) yang digunakan
yaitu kolom kapiler non polar 1MS, 5MS dan kolom polar Wax (polyetilenglicol
100%) dengan panjang kolom 30 m, diameter internal 0,25 µm dan ketebalan film
0,25 µm menunjukkan bahwa pada kolom nonpolar 1MS dan 5MS menghasilkan
respon puncak dengan tailing factor (Tf) yang lebih besar dari 1,4 karena terdapat
puncak lain yang tidak terpisah sedangkan pada kolom polar wax menghasilkan
respon puncak dengan Tf yang memenuhi syarat yaitu 0,975; dan faktor kapasitas
0,7 sehingga pada proses optimasi selanjutnya digunakan kolom wax dengan
ketebalan film 0,5 µm supaya mendapatkan nilai faktor kapasitas 1 < k’ < 10.
Optimasi konsentrasi larutan asam paratoluensulfonat dalam etanol dilakukan pada
lima seri yaitu 0,1; 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0% dan pada konsentrasi 1,0% diperoleh
respon puncak optimal. Optimasi suhu dan waktu inkubasi dilakukan pada kondisi
lain yang sudah dioptimasi dibuat tetap untuk menghasilkan reaksi yang sempurna.
Respon puncak yang optimal diperoleh pada 60
o
C selama 30 menit. Analisis
sampel juga dilakukan menggunakan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) dengan detektor diode-array (DAD) dengan senyawa penderivatisasi 2,4-
dinitrophenylhydrazin sebagai metode standar yang handal untuk membandingkan
hasil perhitungan.
Proses validasi metode kromatografi gas dimulai dengan uji spesifisitas dengan
menyuntikkan larutan senyawa sejenis yaitu n-hexan, siklohexan, asam formiat
dan aceton, untuk mengetahui bahwa selama proses validasi tidak dipengaruhi oleh
senyawa lain yang mungkin terdapat dalam matriks krim kosmetik atau sebagai zat
pencemar. Hasil validasi untuk ketiga metode yaitu HPLC DAD, GCMS dan GC
FID berturut-turut sebagai berikut : uji presisi intraday and interday diperoleh
kadar dan relative standard deviation (%RSD) masing-masing 101,28% dan
0,37%; 101,27% dan 1,49%; serta 101,37% dan 1,24%. Uji akurasi (% perolehan
kembali) yang diperoleh untuk ketiga metode berada dalam confidence interval
(CI) 95,0% - 105,0%. Uji linearitas memberikan nilai koefisien korelasi (r) ?0,995
dan koefisien variansi nilai regresi ?5% pada rentang konsentrasi 0,2 µg/mL - 5
µg/mL; 0,5 µg/mL – 4 µg/mL dan 100,0 µg/mL – 800 µg/mL. Uji batas deteksi
dan batas kuantitasi 0,0099 µg/mL dan 0,0329 µg/mL; 0,0158 µg/mL dan 0,0528
µg/mL; dan 1,1287 µg/mL dan 3,7625 µg/mL; serta uji robustness dengan
melakukan perubahan sebesar 10% pada split rasio diperoleh %RSD < 2%. Metode
analisis yang dikembangkan ini telah memenuhi persyaratan validasi yang
ditetapkan sehingga dapat diterapkan untuk pengujian rutin produk krim kosmetik
perawatan kulit yang mengandung pengawet golongan formaldehyde releaser.
Hasil pengujian sampel menggunakan metode analisis yang tervalidasi
menunjukkan bahwa keenam krim kosmetik memenuhi persyaratan kadar
formladehid yang ditetapkan dalam rentang kadar 0,02% - 0,08%.