digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Senyawa golongan formaldehyde releaser seperti diazolidinyl urea dan imidazolidinyl urea adalah pengawet yang paling banyak digunakan dalam kosmetik. Meskipun komponen ini biasa digunakan dalam produk kosmetik pembersih dan perawatan kulit, tetapi senyawa ini dapat menimbulkan alergi (alergen). Pada tahun 2006 The International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan senyawa ini ke dalam grup I sebagai karsinogen terhadap manusia berdasarkan bukti bahwa formaldehid menyebabkan kanker nasofaring dan leukemia myeloid. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan kualitas kosmetik, khususnya yang menggunakan formaldehyde releaser, diperlukan pengujian terhadap kosmetik yang sudah diedarkan menggunakan metode analisis terkini yang sensitif dan tervalidasi yang mampu mengidentifikasi dan menetapkan secara kuantitatif kadar formaldehid yang dilepaskan dari pengawet yang digunakan dalam krim kosmetik. Metode standar untuk menganalisis kadar formaldehid yang dilepaskan dari pengawet dalam produk krim kosmetik sudah tersedia, namun modifikasi lebih lanjut diperlukan untuk memperbarui kemajuan teknologi dan regulasi. Modifikasi metode analisis menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC MS) dan Gas Chromatography Flame Ionization Detector (GC FID) telah dikembangkan dan divalidasi untuk menentukan kadar formaldehid yang dilepaskan dari pengawet golongan formaldehyde releaser dalam krim kosmetik. Metode analisis dilakukan dengan teknik derivatisasi menggunakan asam paratoluensulfonat dalam etanol. Senyawa formaldehid dalam sampel dan etanol dengan asam paratoluensulfonat sebagai katalis direaksikan menghasilkan senyawa diethoxymethan dengan massa ion m/z 31,0; 59,0 dan 103,0. Pengembangan metode analisis ini menggunakan optimasi metode OFAT (One Factor at a Time) terhadap variabel-variabel sebagai berikut : teknik elusi dan laju alir fase gerak; jenis kolom sebagai fase diam; konsentrasi larutan asam paratoluensulfonat dalam etanol (acidified ethanol) yang digunakan; serta suhu dan waktu inkubasi yang menghasilkan respon puncak yang optimal dan memenuhi syarat keberterimaan. Hasil optimasi pada teknik elusi dan laju alir memberikan respon puncak optimal dengan program suhu awal 34 o C selama 15 menit, dilanjutkan dengan kenaikan 40 o C/menit sampai mencapai suhu 220 o C dan ditahan selama 5 menit. Laju alir dibuat tetap pada 0,8 mL/menit. Optimasi jenis kolom (fase diam) yang digunakan yaitu kolom kapiler non polar 1MS, 5MS dan kolom polar Wax (polyetilenglicol 100%) dengan panjang kolom 30 m, diameter internal 0,25 µm dan ketebalan film 0,25 µm menunjukkan bahwa pada kolom nonpolar 1MS dan 5MS menghasilkan respon puncak dengan tailing factor (Tf) yang lebih besar dari 1,4 karena terdapat puncak lain yang tidak terpisah sedangkan pada kolom polar wax menghasilkan respon puncak dengan Tf yang memenuhi syarat yaitu 0,975; dan faktor kapasitas 0,7 sehingga pada proses optimasi selanjutnya digunakan kolom wax dengan ketebalan film 0,5 µm supaya mendapatkan nilai faktor kapasitas 1 < k’ < 10. Optimasi konsentrasi larutan asam paratoluensulfonat dalam etanol dilakukan pada lima seri yaitu 0,1; 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0% dan pada konsentrasi 1,0% diperoleh respon puncak optimal. Optimasi suhu dan waktu inkubasi dilakukan pada kondisi lain yang sudah dioptimasi dibuat tetap untuk menghasilkan reaksi yang sempurna. Respon puncak yang optimal diperoleh pada 60 o C selama 30 menit. Analisis sampel juga dilakukan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dengan detektor diode-array (DAD) dengan senyawa penderivatisasi 2,4- dinitrophenylhydrazin sebagai metode standar yang handal untuk membandingkan hasil perhitungan. Proses validasi metode kromatografi gas dimulai dengan uji spesifisitas dengan menyuntikkan larutan senyawa sejenis yaitu n-hexan, siklohexan, asam formiat dan aceton, untuk mengetahui bahwa selama proses validasi tidak dipengaruhi oleh senyawa lain yang mungkin terdapat dalam matriks krim kosmetik atau sebagai zat pencemar. Hasil validasi untuk ketiga metode yaitu HPLC DAD, GCMS dan GC FID berturut-turut sebagai berikut : uji presisi intraday and interday diperoleh kadar dan relative standard deviation (%RSD) masing-masing 101,28% dan 0,37%; 101,27% dan 1,49%; serta 101,37% dan 1,24%. Uji akurasi (% perolehan kembali) yang diperoleh untuk ketiga metode berada dalam confidence interval (CI) 95,0% - 105,0%. Uji linearitas memberikan nilai koefisien korelasi (r) ?0,995 dan koefisien variansi nilai regresi ?5% pada rentang konsentrasi 0,2 µg/mL - 5 µg/mL; 0,5 µg/mL – 4 µg/mL dan 100,0 µg/mL – 800 µg/mL. Uji batas deteksi dan batas kuantitasi 0,0099 µg/mL dan 0,0329 µg/mL; 0,0158 µg/mL dan 0,0528 µg/mL; dan 1,1287 µg/mL dan 3,7625 µg/mL; serta uji robustness dengan melakukan perubahan sebesar 10% pada split rasio diperoleh %RSD < 2%. Metode analisis yang dikembangkan ini telah memenuhi persyaratan validasi yang ditetapkan sehingga dapat diterapkan untuk pengujian rutin produk krim kosmetik perawatan kulit yang mengandung pengawet golongan formaldehyde releaser. Hasil pengujian sampel menggunakan metode analisis yang tervalidasi menunjukkan bahwa keenam krim kosmetik memenuhi persyaratan kadar formladehid yang ditetapkan dalam rentang kadar 0,02% - 0,08%.