Herbal adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, pangan, dan kosmetik. Penggunaan produk herbal semakin meningkat, namun konsumen masih belum puas terhadap produk herbal lokal. Analisis preferensi konsumen dapat memberikan solusi dalam menghasilkan produk sesuai minat konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik herbal, serta menentukan preferensi konsumen dan strategi pemasaran produk herbal. Penelitian dilakukan di Kota Bandung. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan kuesioner kepada Rahsa Nusantara dan masyarakat, serta studi pustaka. Analsis preferensi konsumen menggunakan konjoin, dan strategi disusun berdasarkan strategi pemasaran menurut Kotler & Amstrong (2014). Hasil menunjukkan bahwa herbal dapat berupa sediaan ekstrak maupun keringan, serta mengandung senyawa aktif kompleks yang memiliki efek farmakologis. Konsumen lebih menyukai produk minuman dan masker dibanding produk herbal lainnya. Atribut harga pada minuman dan masker dianggap paling penting, yang ditunjukkan dengan nilai kepentingan paling tinggi yaitu masing-masing 67,86% dan 76,61%. Konsumen paling menyukai minuman siap minum, kemasan pouch, harga Rp20.000,00-Rp50.000,00, yang ditunjukkan dengan nilai utilitas tertinggi masing-masing 0,396, 0,041, dan 1,206. Konsumen paling menyukai jenis masker bilas, bentuk pasta/gel, kemasan tube, harga Rp20.000,00-Rp50.000,00, yang ditunjukkan dengan nilai utilitas tertinggi masing-masing 0,396, 0,041, dan 1,206. Segmen pasar minuman dan masker adalah masyarakat berusia muda dengan pendapatan relatif rendah. Target pasar minuman adalah masyarakat mobile, dan masker adalah wanita. Posisi pasar adalah produk sesuai preferensi dan daya beli konsumen. Strategi product, produk siap minum kemasan pouch, dan masker herbal bilas, bentuk pasta/gel, kemasan tube. Strategi price, Rp20.000,00-Rp50.000,00. Strategi place, memperbanyak multichannel retail. Strategi promotion, memperbanyak promosi terkait harga, aktif berbagai kegiatan dan kolaborasi. Strategi people, menerapkan manjamen SDM, dan tenaga teknis kefarmasian terkualifikasi. Strategi process, penanganan dan pengolahan sesuai karakteristik herbal, penerapan standar sistem manajemen mutu dan keamanan, serta ketelusuran produk yang dapat diidentifikasi konsumen. Strategi physical evidence, menggunakan katalog produk menarik, dan retail display stand.