Terowongan merupakan infrastrukrtur yang menghubungkan dua tempat melalui
jalur bawah tanah. Dikarenakan penempatannya yang berada di bawah tanah,
terwongan memiliki risiko seperti kerutunhan atau failure diakibatkan pelemahan
pada bagian terwongan. Risko ini dapat menyebabkan kerugian baik materil
maupun kehilangan nyawa manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya
monitoring atau pengamatan pada terowongan tersebut agar hal yang semacam
itu tidak terjadi. Metode geofisika bisa menjadi salah satu solusi untuk
mengerjakan hal tersebut. Diantara banyaknya metode geofisika yang ada,
metode mikrotremor bisa menjadi salah satu metode yang dapat mengerjakan hal
ini. Untuk menguji kefektifan metode ini, dilakukan penelitian pada terwongan
penghubung kampus utama ITB dengan fasilitas SARAGA di ITB. Terowongan
ini terdapat di bawah jalan raya yang di sana terdapat banyak kendaraan
berlalu-lalang. Dalam pengukuran data, stasiun pengukuran diletakan di dua
tempat, yaitu di atas permukaan dan juga di dalam terowongan. Di dalam
terwongan, setiap stasiun pengukuran diletakan setiap 6 meter di sepanjang
dinding terowongan. Di titik yang sama juga diukur di permukaan tanah. Setelah
mendapatkan data, dilakukan processing. Processing data mentah dialkukan
dengan menggunakan software Geopsy. Dari proses tersebut didapatkan kurva
HVSR, Frekuensi Natural, dan juga nilai amplifikasi dan dari kedua nilai tersebut
akan didapatkan ideks Kerentanan. Selanjutnya dilakukan plotting nilai-nilai
yang didapat, dari sana akan didapatkan peta kontor 2D dari nilai-nilai yang
didapat. Kemudian, peta 2D yang didapat diinterpolasi untuk mendapatkan model
3D. Selain itu juga, kurva HVSR yang didapat akan diinversikan untuk
mendapatkan model 1D kecepatan Vp dan Vs dengan menggunakan program
OpenHVSR. Akhirnya, dikatahui bahwa terdapat beberapa tempat anomali baik
anomali positif maupun anomali negatif. Tempat yang memiliki anomali postif
adalah stasiun 9 sampai stasiun 12 yang berada di dalam terwongan anomali ini
juga terlihat pada data yang diambil di permukaan. Selanjutnya, tempat yang
memiliki anomali negatif adalah stasiun 4 dan 5. Anomali positif kemungkinan
disebabkan oleh area terowongan yang telah diperkuat dengan tujuan untuk
menerima stress yang berasal dari jalan. Sementara daerah yang memiliki
anomali negatif adalah area yang tidak diperkuat dan letaknya paling dekat
dengan sumber stress sehingga menyebabkan tempat tersebut lebih rentan
terhadap kerusakan.