BAB 3 Riesca Ayu Kusuma Wardhani
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
BAB 4 Riesca Ayu Kusuma Wardhani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Riesca Ayu Kusuma Wardhani
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
PUSTAKA Riesca Ayu Kusuma Wardhani
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Penyembuhan luka pada kulit adalah proses regenerasi kompleks yang melibatkan
beberapa sistem biologis dan molekuler, seperti koagulasi, inflamasi, proliferasi,
dan maturasi, untuk mengembalikan fungsi biologis normal. Balutan luka bioaktif
diterapkan ke situs luka untuk mempercepat proses penyembuhan sekaligus
mencegah infeksi. Balutan luka ini tidak hanya permeabel terhadap uap air dan
oksigen, dan menyediakan penghalang efektif terhadap bakteri atau
mikroorganisme lain dari lingkungan luar tetapi juga memiliki molekul bioaktif.
Molekul bioaktif seperti protein dapat mendukung pelekatan dan pertumbuhan sel
fibroblas yang akan meningkatkan proses penyembuhan luka. Membran serat nano
termasuk balutan biologis kategori balutan bioaktif karena disintesis secara kimia
dari bahan alam. Polimer alam merupakan polimer yang paling banyak digunakan
untuk bahan balutan luka karena kemampuannya berinteraksi dengan biomolekul
yang terlibat dalam proses penyembuhan.
Dalam penelitian ini, tiga polimer biokompatibel, biodegradabel, dan tidak beracun
dipilih yaitu dua polimer alam (protein umbi Colocasia esculenta (UCE) dan
kitosan) dan satu polimer sintetis (poly(ethylene) oxide (PEO)). Pilihan ini didorong
oleh sifat-sifat yang menjanjikan dari polimer ini, yang memiliki kesamaan
terhadap komponen struktural extracellular matrix (ECM). Ketiga polimer dibuat
dalam struktur tiga dimensi menggunakan teknik electrospinning. Electrospinning
adalah teknik pemrosesan yang paling efisien untuk menghasilkan membran serat
nano berkelanjutan untuk skala besar dari berbagai polimer dengan ukuran pori
kecil, porositas tinggi, dan rasio luas permukaan-ke-volume yang cukup besar.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan balutan luka dalam bentuk membran
serat nano dengan stabilitas bahan yang sangat baik. Kesesuaian penggunaan
stabilisasi kimia dan fisik diharapkan bahwa membran serat nano PEO-kitosanprotein UCE dapat secara efektif berfungsi sebagai kandidat potensial untuk balutan
luka.
Protein UCE tidak menunjukkan sitotoksisitas pada sel fibroblas NIH-3T3. Profil
protein dari membran serat nano sebelum dan sesudah stabilisasi perlakuan panas mengandung protein dengan berat molekul 14,4 kDa. Asam amino tertinggi pada
protein UCE adalah arginine. Konduktivitas, tegangan permukaan, dan viskositas
larutan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi protein UCE dan kitosan
karena kemampuannya untuk membawa muatan positif pada rantai polimer. Hasil
Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan bahwa diameter rata-rata
membran serat menurun dengan meningkatnya konsentrasi kitosan dan protein
UCE. Keberadaan kitosan 1% (b/v) menghasilkan struktur serat yang lebih baik
setelah stabilisasi sehingga struktur serat tidak rusak. Hasil Termal Gravimetric
Analyzer (TGA) mengkonfirmasi bahwa membran serat S4-H dan S5-H tidak dapat
dilakukan pengujian sifat mekanik, penyerapan, dan degradasi karena mengalami
kehilangan struktur serat ketika stabilisasi perlakuan panas. Tegangan tarik
maksimum meningkat dan regangan tarik maksimum menurun pada membran serat
stabilisasi dibandingkan dengan membran serat tidak distabilisasi. Stabilisasi uap
glutaraldehid menunjukkan stabilitas air yang lebih tinggi dibandingkan stabilisasi
perlakuan panas pada 1% (b/v) kitosan dan 1% (b/v) protein UCE, dan 1% (b/v)
kitosan dan 2% (b/v) protein UCE. Hasil SEM membran serat stabilisasi juga
menyatakan bahwa ketahanan struktur serat menjadi lebih baik setelah direndam
dalam larutan phosphate buffer saline (PBS). Aktivitas antibakteri in vitro dari
membran serat stabilisasi menunjukkan efek bakteriostatik yang lebih kuat pada
bakteri Gram-positif S. aureus daripada bakteri Gram-negatif E. coli pada
konsentrasi kitosan 0,25% dan 1% (b/v). Pertumbuhan sel fibroblas kulit manusia
pada membran serat stabilisasi uap glutaraldehid dan perlakuan panas dengan
konsentrasi 1% (b/v) kitosan dan 2% (b/v) protein UCE menunjukkan yang
tertinggi di antara semua membran serat stabilisasi lainnya setelah tujuh hari kultur
sel. Penelitian ini tidak hanya menyajikan pengetahuan tentang desain membran
serat PEO-kitosan-protein UCE stabilisasi, tetapi juga memperkenalkan bahan
bioaktif lainnya dari protein tanaman umbi. Membran serat PEO-kitosan-protein
UCE memfasilitasi pertumbuhan sel fibroblas sehingga penggunaannya
menjanjikan sebagai balutan luka bioaktif.