digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur vital dalam perannya sebagai pintu gerbang dalam kegiatan perekonomian. Namun sayangnya, pelabuhan rentan terekspos oleh bencana, baik bencana alam maupun non-alam. Salah satu contohnya adalah bencana gempabumi dan tsunami yang menghantam Palu Sulawesi pada 2018 mengakibatkan lumpuhnya Pelabuhan Pantoloan yang merupakan pelabuhan terbesar di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk itulah, perlu adanya kesadaran meningkatkan resiliensi pelabuhan sebagai upaya mitigasi bencana di masa depan. Metodologi yang digunakan adalah dengan model dinamika sistem dengan menggunakan software VENSIM. Penelitian ini diawali dengan identifikasi besarnya kerusakan akibat bencana kemudian dilakukan survei sekunder untuk mengetahui upaya pemulihan yang dilakukan untuk mengembalikan performa pelabuhan. Performa yang ditinjau adalah kapasitas container crane yang bekerja di pelabuhan. Kemudian dilakukan uji skenario. Skenario pertama adalah robustness yaitu meningkatkan kemampuan untuk menahan tingkat kegagalan tertentu dalam bentuk tanggul laut (sea wall). Skenario kedua adalah rapidity yaitu meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan secara tepat waktu untuk mencegah kerugian di masa depan dalam bentuk kesiapsiagaan bencana di pelabuhan. Dan skenario ketiga adalah penggabungan antara skenario robustness+rapidity. Hasil pada pemodelan base case adalah pelabuhan baru bisa kembali normal seperti sedia kala adalah pada hari ke-140 pascabencana dengan kerugian total sebesar 16.856 box. Angka ini setara kerugian sebesar nyaris 50% per harinya. Sedangkan pada kondisi robustness+rapidity merupakan skenario terbaik dimana pelabuhan berfungsi normal pada hari ke-60 dan total kerugian hanya 9.859 box.