digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Pearen Jireh
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Pearen Jireh
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Pearen Jireh
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Pearen Jireh
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Pearen Jireh
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Pearen Jireh
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Pearen Jireh
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Pearen Jireh
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Xilitol merupakan salah satu pengganti sukrosa yang memiliki banyak manfaat. Xilitol dapat diekstrak dari buah maupun sayuran, namun perolehan pada metode ekstraksi rendah, sehingga umumnya xilitol diproduksi melalui proses kimia hidrogenasi larutan xilosa dengan katalis. Pemrosesan secara kimia dapat menghasilkan perolehan yang tinggi, namun memerlukan biaya operasi tinggi dan kebutuhan alat yang spesifik. Maka, dikembangkanlah pemrosesan secara bioteknologi menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi xilitol melalui proses fermentasi. Dalam proses fermentasi, didapatkan produk samping yang perlu dihilangkan. Salah satu metode pemurnian dan kristalisasi yang efisien dan memiliki potensi yang tinggi adalah teknologi membran, namun penggunaannya masih belum banyak dipelajari pada proses produksi hilir xilitol terutama pada tahap kristalisasi. Maka tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kondisi operasi terbaik dalam proses pemurnian dan kristalisasi xilitol menggunakan membran ultrafiltrasi dan membran distilasi pada larutan dengan adanya pengotor pada rentang percobaan yang dilkukan. Dalam penelitian ini digunakan konfigurasi membran UF-MD untuk proses pemurnian dan kristalisasi. Pada membran UF digunakan kaldu fermentasi hidrolisat TKKS sebagai umpan sedangkan pada MD digunakan larutan murni xilitol dan larutan model permeat UF. Variasi kondisi pada membran UF adalah tekanan 0,5 dan 1 (barg). Sedangkan untuk MD digunakan konfigurasi DCMD dengan variasi temperatur 50-70°C dan rentang konsentrasi akhir larutan umpan 1-2,9 g xilitol/g pelarut. Kemudian dilakukan pengamatan terbentuknya kristal dengan kondisi penyimpanan pada temperatur ruang, temperatur rendah, penambahan seed, dan pengaruh keberadaan pengotor terhadap perolehan dan struktur kristal. Hasil percobaan menunjukan bahwa peningkatan fluks permeat berbanding lurus dengan peningkatan tekanan operasi pada membran UF dan peningkatan temperatur umpan berbanding lurus dengan fluks permeat pada MD. Kondisi temperatur 70°C, konsentrasi akhir 2,9 g/g pelarut, dan seed 0,3% memiliki perolehan kristal xilitol tertinggi pada larutan murni. Keberadaan pengotor pada larutan model permeat UF menyebabkan kebutuhan persentase seeding seed yang lebih tinggi, temperatur penyimpanan yang lebih rendah, dan perolehan kristal yang lebih rendah dengan struktur permukaan yang lebih bergerigi dibandingkan kristal pada larutan murni.