Sabun merupakan garam yang terbentuk dari minyak atau lemak dan alkali. Reaksi
pembuatan sabun atau reaksi saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserol sebagai produk samping. Sabun telah digunakan oleh manusia sebagai zat
pembersih sejak sebelum masehi. Seiring perkembangan zaman, jenis dan pemanfaatan
sabun pun berkembang. Begitu juga dengan ragamnya kebutuhan preferensi pelanggan
sehingga sabun yang diproduksi sangat variatif. Salah satunya adalah sabun cair
transparan. Sabun cair transparan dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku
yang berkualitas, serta proses reaksi saponifikasi yang berjalan sempurna.
Bahan baku yang digunakan pada penelitian adalah minyak kelapa 72,5% (b/b), minyak
nyamplung 20% (b/b), dan minyak kelapa sawit 7,5% (b/b). Pada penelitian ini reaksi
saponifikasi berlangsung pada kondisi temperatur 75°C dan pada tekanan atmosfer.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh gliserol dan minyak jarak kepyar
pada transparansi sabun cair. Perlakuan pada penelitian adalah penambahan gliserol 5%
(b/b), 10% (b/b), 15% (b/b), dan 20% (b/b) diikuti dengan penambahan minyak jarak
kepyar 1% (b/b), 2% (b/b), 3% (b/b), dan 5% (b/b) dari berat massa pasta sabun. Analisis
yang dilakukan pada sabun cair adalah pengamatan transparansi secara visual pada dua
kondisi temperatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi temperatur ruang,
seluruh perlakuan penambahan gliserol dan minyak jarak kepyar menghasilkan sabun cair
yang transparan. Namun, hasil analisis pada kondisi temperatur 4°C, tidak seluruh
perlakuan dapat mempertahankan transparansinya. Transparansi terbaik dihasilkan pada
penambahan gliserol 15% (b/b) dan minyak jarak kepyar 3% (b/b) dengan menunjukan
transparansi pada kondisi temperatur ruang dan mempertahankan transparansi pada
kondisi temperatur 4°C.