Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat. Sekitar
30-90% kecelakaan yang terjadi diakibatkan oleh kesalahan manusia. Faktor risiko
yang berpengaruh signifikan terhadap kecelakaan adalah kelelahan. Seseorang
yang mengalami kelelahan diduga berisiko sekitar 3 kali lipat untuk mengalami
kecelakaan kerja dibandingkan dengan yang tidak mengalami kelelahan. Salah satu
upaya mencegah kelelahan dalam bekerja adalah dengan pengujian kebugaran kerja
(fitness-for-duty test).
Pengujian kebugaran kerja ini dilakukan dengan mengelompokkan performansi
terukur berdasarkan Karolinska Sleepiness Scale (KSS) lalu mencari hubungan
antara faktor-faktor kebugaran kerja dengan performansi tersebut. Faktor-faktor
kebugaran kerja diukur dengan menggunakan fitness tracker dan performansi
pekerja diukur dengan Psychomotor Vigilance Task (PVT). Performansi dari PVT
dikelompokkan berdasarkan KSS kemudian dilakukan analisis diskriminan untuk
mendapatkan data PVT yang menggambarkan kondisi seseorang. Lalu analisis
regresi linier dilakukan dengan menggunakan data PVT yang didapatkan dan
faktor-faktor kebugaran kerja.
Dari hasil analisis diskriminan didapatkan data PVT yang dipilih adalah jumlah
lapses. Dari hasil analisis regresi linier didapatkan model regresi yang signifikan
(p=0,033, R2=0,332) dengan faktor-faktor kebugaran kerja, yaitu durasi tidur,
denyut jantung istirahat, Body Mass Index (BMI) dan umur.
Pada penelitian ini, faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran kerja adalah
durasi tidur, denyut jantung istirahat, BMI dan umur. Faktor-faktor tersebut diukur
dengan menggunakan fitness tracker. Batas jumlah lapses yang mengelompokkan
seseorang di kelompok kantuk atau kelompok tidak kantuk adalah sebanyak 20
lapses.