digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengaruh variasi tinggi pasang surut (pasut) terhadap tinggi gelombang signifikan (Hs) di kawasan reklamasi Teluk Jakarta disimulasikan menggunakan model Simulating Wave Nearshore (SWAN) pada periode Badai Hagibis tahun 2007. Variasi pasut yang di input dalam model spektrum gelombang didapatkan dari hasil simulasi model hidrodinamika Delft3D Flexible Mesh (FM) yang disimulasikan terlebih dahulu pada domain model yang sama. Sementara itu, batas terbuka pada model Delft3D FM di input dengan elevasi pasut dan kecepatan arus dari hasil simulasi model hidrodinamika domain Laut Cina Selatan (LCS) pada model Delf3D FLOW. Informasi di batas terbuka ini bertujuan untuk mengakomodasi pengaruh Badai Hagibis yang terjadi di LCS. Simulasi model spektrum gelombang dilakukan pada tanggal 15 Oktober – 15 Desember 2007 dengan data input berupa batimetri dan angin serta elevasi pasut hasil simulasi model hidrodinamika Delft3D FM. Data angin yang digunakan memiliki resolusi spasial 1/4° dan didapatkan dari Cross Calibrated Multi Platform (CCMP) serta data batimetri diperoleh dari Batimetri Nasional (BATNAS) Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan resolusi spasial 1/600°. Sementara itu, input di syarat batas terbuka pada model SWAN menggunakan parameter spektrum gelombang hasil penelitian Ardiansyah (2019). Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengaruh pasut terhadap Hs relatif kecil. Hal ini dikarenakan tunggang pasut di Teluk Jakarta yang juga tidak terlalu besar (< 1 m). Namun demikian, pengaruh pasut terlihat jelas di daerah perairan dangkal. Perbedaan maksimum antara Hs dengan dan tanpa pasut (?Hs) terjadi di Titik 9 (Bekasi) pada tanggal 4 Desember 2007 sebesar 10,31 cm dan -10,96 cm untuk masing-masing ?Hs paling positif dan negatif. Selain itu, pasut juga berpengaruh terhadap evolusi spektrum gelombang berupa pergeseran frekuensi serta perubahan arah gelombang dan densitas spektrum energi dengan pergeseran frekuensi terbesar terjadi di Titik 9 sebesar 0,47 Hz. Sementara itu, analisis korelasi keterlambatan menunjukkan bahwa Badai Hagibis diduga kuat mempengaruhi Hs di Teluk Jakarta pada tanggal 4 Desember 2007, yaitu 11 hari setelah fase puncak badai.