Siklon Tropis (ST) Kimi adalah sebuah sistem siklon yang aktif pada 15-19 Januari
2021 di perairan timur laut Australia. Aktifnya ST Kimi menyebabkan perubahan
dinamika atmosfer dan lautan di sekitarnya, termasuk di perairan Indonesia bagian
tengah dan timur. Beberapa lokasi yang mengalami kenaikan kecepatan angin lokal
tertinggi adalah Sangihe (315,8%), Gorontalo (236,3%), Seram (236,3%) dan
Manado (225,8%). Dalam studi ini kami menggunakan model spektral SWAN
(Simulating Waves Nearshore) untuk menganalisis perubahan tinggi gelombang di
perairan Indonesia bagian tengah dan timur. Proses analisis dibagi menjadi tiga
waktu, yaitu sebelum ST Kimi aktif, ketika ST Kimi mencapai fase dengan
intensitas terkuatnya dan setelah siklon dinyatakan punah. Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh ST Kimi terhadap kondisi gelombang di Indonesia bagian
tengah dan timur, dilakukan analisis lagged correlation secara spasial antara angin
ST Kimi dengan angin lokal di Indonesia. Dari analisis tersebut didapatkan 12
lokasi yang memiliki nilai korelasi dan lag yang positif, yaitu: Denpasar,
Waingapu, Rote, Majene, Gorontalo, Manado, Sangihe, Sanana, Seram, Raja
Ampat, Agats dan Merauke. Dari 12 lokasi tersebut, dilakukan analisis lebih lanjut,
yaitu lagged correlation secara time series untuk mengetahui nilai lag dengan nilai
korelasi tertinggi. Dari analisis tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
lokasi yang memiliki nilai lag negatif, lag nol dan lag positif. Lokasi yang memiliki
nilai lag negatif adalah Denpasar (-6 jam) dan Rote (-1 jam), yang mengindikasikan
bahwa angin lokal mendahului angin ST Kimi. Sementara itu, lokasi yang memiliki
nilai lag 0 jam adalah Raja Ampat dan Agats, yang artinya angin lokal terjadi
bersamaan dengan angin ST Kimi. Kemudian lokasi yang memiliki nilai lag positif
adalah Waingapu (+8 jam), Majene (+10 jam), Gorontalo (+14 jam), Manado (+6
jam), Sangihe (+15 jam), Sanana (+7 jam), Seram (+5 jam) dan Merauke (+6 jam),
yang menandakan bahwa angin ST Kimi mendahului angin lokal.
Analisis angin permukaan ketika fase pembentukan dan fase awal ST Kimi
menunjukkan adanya aliran angin yang bertiup dari L. Sulawesi, L. Maluku, L.
Halmahera, dan L. Banda menuju ke sistem ST Kimi. Aliran angin tersebut
memiliki kecepatan angin yang bervariasi, yaitu antara 5-10 m/s. Ketika ST Kimi
sudah berkembang dan menuju fase terkuatnya, ST Kimi bergerak ke selatan menjauhi perairan Indonesia. Kemudian, terdapat pusat tekanan rendah (Low) yang
turut aktif di sekitar Indonesia, antara lain adalah Low di Filipina dan di T.
Carpentaria. Di sisi lain, aliran angin menuju ke ST Kimi terlihat mengalami
pembelokan arah menuju ke Low di T. Carpentaria dan terputus di Selat Torres.
Sementara itu, angin di perairan utara Indonesia mengalami pembelokan arah
menuju ke arah Low di Filipina. Kemudian setelah ST Kimi punah, Low di T.
Carpentaria bergerak ke arah barat dan mulai memasuki S. Hindia. Selanjutnya Low
tersebut membangkitkan kecepatan angin tinggi di perairan selatan Indonesia.
Kenaikan kecepatan tersebut teramati di data angin di Denpasar, Waingapu dan
Rote. Low di Filipina dan T. Carpentaria, secara berturut-turut, berperan dalam
menjaga terjadinya gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian utara dan
selatan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa ST Kimi berperan pada fase awal
peningkatan kecepatan angin di Indonesia, yang kemudian peran tersebut
dilanjutkan oleh Low di area masing-masing