digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


Cover_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 1_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 2_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 3_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 4_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 5_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 6_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Pustaka_Linarti Magdalena
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yang banyak dialami masyarakat. Tatalaksana terapi hipertensi telah ditetapkan secara internasional. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan tana man tradisional sebagai terapi alternatif atau tam bahan meskipun belum ada pedoman jelas tentang penggunaan tanaman tersebut, sehingga dikhawatirkan mempengaruhi efektivitas terapi. Salah satu tanaman yang digunakan dalam terapi hipertensi adalah mentimun, tetapi mekanisme kerja dalam menurunkan tekanan darah melalui efek diuretik belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi tanaman tradisional berkhasiat antihipertensi dan interaksinya dengan obat standar, serta mengetahui efek diuretik-saluretik buah mentimun. Kajian pustaka dilakukan dengan skrining pustaka melalui Google Scholar dan Pubmed menggunakan keyword dan kriteria inklusi, diperoleh 70 jurnal untuk dianalisis. Album sativum L, Alpinia speciosa (JC Wendl.), 1pomoea digitata Linn., dan Eucommia ulmoides Oliv. dapat digunakan sebagai adjuvant terapi hipertensi dan berinteraksi dengan obat standar sehingga penggunaan bersamaan perlu diwaspadai. Tanaman yang sudah diuji fase pra-klinik dan memiliki potensi efek antihipertensi memerlukan penelitian lanjutan sebelum digunakan. Uji diuretik, digunakan tikus yang dikelompokkan, menerima furosemid 3,6 mg/kg bb sebagai diuretik standar atau mentimun (9, 18, 27, 36 mg/kg bb), dan untuk mengetahui interaksi mentimun-furosemid digunakan kombinasi furosemid dan mentimun (0,5:0,5). Sebelum pengujian, tikus dipuasakan 12 jam dan diberikan NaCI fisiologis 50 mL/kg bb, 15 menit sebelum uji. Volume urin diukur pada jam ke 1-6 dan ke-24. Uji saluretik dilakukan dengan mengukur kadar natrium-kalium menggunakan spektroskopi serapan atom. Hasilnya mentimun memiliki efek diuretik-saluretik yang meningkat sebanding dengan penambahan dosis, tetapi efek diuretiknya lebih rendah daripada furosemid. Kombinasi mentimun dengan furosemid menunjukkan interaksi aditif, yaitu peningkatan efek diuretik dibandingkan dengan penjumlahan dari efek dosis tunggalnya.