Divisi Toyota Training Center pada PT Toyota Astra Motor bertugas untuk
memastikan kualitas sumber daya manusia dealer Toyota dalam menjawab
kebutuhan pasar. Berbagai tantangan yang muncul, seperti angka turnover pegawai
dealer yang tinggi, mengindikasikan bahwa intervensi yang harus dilakukan oleh
TTC sudah mencakup ranah manajemen pengetahuan. Kompleksitas lingkungan
kerja dealer akibat perbedaan posisi, wilayah, dan generasi pekerja berimplikasi
bahwa TTC harus memerhatikan kebutuhan setiap kelompok untuk memastikan
efektivitas intervensi manajemen pengetahuan yang dirancang. Sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi, ditetapkan tujuan utama penelitian yaitu untuk
merancang intervensi manajemen pengetahuan pada dealer Toyota Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan mixed methods. Analisis kuantitatif,
menggunakan metode partial least squared structural equation modeling (PLSSEM),
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pendorong efektivitas manajemen
pengetahuan serta menentukan prioritas perbaikan. Model untuk analisis kuantitatif
dikembangkan menggunakan acuan literatur terdahulu. Dihipotesiskan terdapat tiga
faktor utama pendorong efektivitas manajemen pengetahuan, yaitu: Kapabilitas
Infrastruktur, Kapabilitas Proses, dan Dukungan Level Manajemen dan Organisasi.
Analisis kualitatif dilakukan untuk menggali kebutuhan dealer secara lebih
mendalam terkait perbaikan yang akan dirancang.
Dari hasil analisis, didapatkan bahwa prioritas utama perbaikan adalah terkait
Kapabilitas Proses terkhususnya pada proses akuisisi pengetahuan tacit. Untuk itu
dirancang dua rekomendasi utama, yaitu perancangan communities of practice
(CoP) digital sebagai sarana akuisisi dan berbagi pengetahuan dealer dan penerapan
prinsip business-process oriented knowledge management (BPOKM) untuk
mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan serta menstrukturkan konten dalam
aplikasi pembelajaran yang dimiliki TTC.