digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800



BAB 1 Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Antonius Hotmian Pastika Manal
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PT Dirgantara Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam industri manufaktur pesawat terbang. Dalam menjalankan produksinya, PT DI memiliki beberapa divisi produksi. Salah satu divisi produksi yang cukup penting adalah Divisi Detail Part Manufacturing yang membawahi beberapa departemen, seperti Departemen Tool Manufacturing & Service. Departemen ini mempunyai tugas untuk membuat alat bantu produksi untuk mendukung pekerjaan departemen lain. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem order. Order diteruskan dari leader kepada operator. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah suatu order belum tentu dapat langsung dikerjakan oleh operator. Hal ini mengakibatkan lead time produksi menjadi semakin lama. Permasalahan ini diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti kemampuan operator dan peletakan bahan kerja yang tidak rapi. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, dilakukan pendekatan Lean Manufacturing. Dengan menggunakan pendekatan Lean Manufacturing, kondisi aktual dipetakan menggunakan Value Stream Mapping. Dari hasil pemetaan tersebut, kemudian dilakukan identifikasi pemborosan dengan menggunakan metode 5 Whys, sehingga diperoleh akar pemborosan Akar pemborosan adalah ketidakseimbangan beban kerja, kemampuan operator yang tidak seragam, dan pencarian alat kerja. Dari hasil tersebut, kemudian dilakukan perancangan usulan perbaikan dengan menggunakan beberapa tindakan, seperti distribusi beban kerja, pelatihan kompetensi operator, dan prinsip 5S (seiri, seiton, ,seiso, seiketsu, shitsuke). Distribusi beban kerja dapat mengurangi waktu tunggu komponen hingga 10 hari. Kemudian, pelatihan kompetensi operator dapat mengurangi waktu kerja pada Stasiun Kerja Jig Assy and Fitter Dies Tool hingga 10%. Sementara itu. dengan menggunakan prinsip 5S, dapat mengurangi waktu pencarian alat dan bahan kerja hingga 80%, sehingga operator dapat memulai pekerjaan dengan lebih cepat.