COVER Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Dianta Wahyu Amalia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Saat ini perusahaan-perusahaan di dunia telah memasuki fase kompetisi antar-jaringan rantai pasok yang terdiri dari beberapa perusahaan. Hal ini memaksa perusahaan untuk mencari cara yang lebih efisien dalam mengoordinasikan aliran barang sepanjang rantai pasok. Cara-cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengoordinasikan aliran barang adalah dengan meningkatkan integrasi kemitraan dengan pemasok. Salah satu pola kerja sama dengan tingkat integrasi tinggi adalah vendor-managed inventory (VMI). Beberapa penelitian terdahulu mencapai kesimpulan bahwa VMI membawa keuntungan bagi perusahaan yang menerapkannya. Namun, penelitian-penelitian tersebut masih terbatas pada asumsi bahwa lead time pengiriman bersifat deterministic. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan mengembangkan suatu model VMI satu pemasok banyak pemanufaktur yang dapat mengakomodasi fenomena lead time bersifat probabilistic.
Penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan dari model VMI Cahyaningrum (2010). Pemodelan dimulai dari tahap pendeskripsian sistem relevan yang diikuti dengan pemodelan secara konseptual dengan ukuran kinerja model berupa cost saving yang diterima pemasok dan pemanufaktur setelah kerja sama VMI dilakukan. Kemudian, dilakukan pemodelan VMI secara matematis diikuti dengan verifikasi model. Selanjutnya dibuat suatu algoritme pencarian solusi dan contoh numerik menggunakan parameter yang sama dengan model Cahyaningrum (2010).
Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian meliputi model yang dapat mengakomodasi fenomena lead time bersifat probabilistic dan menggunakan pembatas tingkat pelayanan untuk memastikan jumlah permintaan yang gagal dipenuhi dari persediaan tidak melewati suatu nilai yang telah ditetapkan pemasok dan pemanufaktur. Dikembangkan pula suatu algoritme yang digunakan untuk pencarian solusi model. Berdasarkan contoh numerik pada penelitian ini, model VMI yang dikembangkan dapat menghasilkan kebijakan optimal yang memberikan cost saving bagi pemasok dan pemanufaktur sebesar Rp304.550.382,46. Kebijakan optimal yang dihasilkan model juga memberikan tingkat pelayanan bahan baku pemasok sebesar 99,6%, tingkat pelayanan produk jadi pemanufaktur 1 dan 2 sebesar 99,9%, dan tingkat pelayanan bahan baku pemanufaktur 1 dan 2 sebesar 99,8%.